Pages

June 26, 2015

[Review] Rindu #TereLiye

Rindu
Judul : Rindu
Pengarang : Tere Liye
Tahun terbit : Oktober 2014
Penerbit : Republika
Jumlah halaman : 544 halaman
Sinopsis

“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami tertunduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kemi hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya di sayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.

Selamat membaca..

June 15, 2015

[Wish List] The Chronicles of Audy : 4/4 #Orizuka

The Chronicles of Audy: 4/4 (The Chronicles of Audy, #3)
Judul Buku : The Chronicles of Audy : 4/4
Pengarang : Orizuka
Terbit : Juni 2015
Jumlah Halaman : 320 halaman
Penerbit : Haru

Sinopsis 
Hai. Namaku Audy.
Umurku masih 22 tahun.
Hidupku tadinya biasa-biasa saja,
sampai aku memutuskan untuk bekerja di rumah 4R dan jatuh hati pada salah seorang di antaranya.

Kuakui aku bertingkah (super) norak soal ini,
tapi kenapa dia malah kelihatan santai-santai saja?
Setengah mati aku berusaha jadi layak untuknya, tapi dia bahkan tidak peduli!

Di saat aku sedang dipusingkan oleh masalah percintaan ini, seperti biasa, muncul masalah lainnya.

Tahu-tahu saja, keluarga ini berada di ambang perpisahan. 
Aku tidak ingin mereka tercerai-berai, tapi aku bisa apa?

Ini, adalah kronik dari kehidupanku yang masih saja ribet.
Kronik dari seorang Audy.

[Jurnal] Divisi Soal #PIK2015


Yak, selamat datang saudara-saudara pada tulisanku yang sangat-sangat terlambat untuk di posting. Banyak hal yang membuatku harus menunda untuk memposting tulisan ini, yah mungkin faktor-faktor yang tak jelas sebabnya. Baiklah, kebiasaan lama, aku akan lebih banyak ngelantur daripada membicarakan hal pokoknya.

Oke, welcome.

[Jurnal] Terimakasih Telah Mengenalku



Malam ini, ingin kukatakan pada kalian, terima kasih.
Aku tidak tahu kenapa ingin menulis tentang ini, tetapi aku merasa perlu sesekali menulis tentang ini.

Sebelumnya, selamat datang masa liburanku, selamat datang rehat panjang yang kunantikan selama ini.
Seperti biasa, kebiasaan lamaku saat masuknya musim libur, aku akan kembali menata berkas-berkas kuliah, menata kembali buku-buku yang sebelumnya berserakan, menata kembali segala sesuatu yang kuanggap patut untuk di atur ulang.

Dan... disitulah tulisan ini bermula. Saat memori masa lampau itu kembali terpanggil. Siapapun yang membaca tulisan ini, tentunya ini untuk kalian. Umurku sudah nyaris menginjak dua puluh tahun. Tanpa sadar, telah banyak masa-masa yang telah kulalui. Telah banyak memori-memori yang telah tersimpan, dan kadangkala terlupakan begitu saja. Aku juga manusia.

Selama dua puluh tahun ini, aku mengenal banyak hal, tentang suka duka kehidupan tentunya. Aku banyak bertemu dan berpisah dengan orang-orang yang tanpa kusadari ditakdirkan Tuhan untuk bertemu denganku, bercengkrama denganku, tertawa, bahkan menangis bersama. Disitulah, kutemukan kalian semua hingga umurku menginjak dua puluh tahun. Sungguh kehidupan yang panjang, jika aku harus menilik ke belakang.

Pagi tadi, kutemukan sebuah catatan kecil saat aku duduk di bangku dasar. Kubuka lembaran demi lembaran, dan memori lamaku terpanggil sudah. Entahlah, ini sedikit tak terbayangkan. Seseorang yang dahulunya mengenakan rok panjang merah beberapa tahun silam, sekarang telah berumur dua puluh tahun. Di sana, aku menemukan banyak hal terutama tentang teman.

Tidak hanya itu, aku juga menemukan setumpuk buku saat aku berada di bangku sekolah menengah. Kulihat catatan-catatan lamaku, dan teringat olehku bagaimana dahulunya masa-masa itu hadir, bagaimana perasaanku saat beruntung bersekolah di sana, setidaknya di sanalah aku menemukan orang-orang yang luar biasa. Ini bukan bermaksud menyanjung, tapi aku mengakui bahwa di sanalah hal-hal luar biasa yang kutemukan. Tentang semangat untuk terus maju, berkompetensi dengan baik, dan persahabatan. Yak, akupun telah melalui masa-masa itu dahulunya

Lalu, bukankah waktu terus berputar? Karena akupun melalui masa-masa itu, masa putih abu-abu. Kebersamaan, persahabatan, dan banyak hal yang kutemukan di sini. Masa-masa yang luar biasa untukku, di sini. Hahaha

Dan.... sekarang kutemukan diriku berada di lingkungan perguruan tinggi, yang alhamdulillah Tuhan kabulkan aku di sini. Sekali lagi, aku kembali bertemu, kembali menjalin suatu hal yang bernama persahabatan.


Karena kita bertemu, maka suatu masa kita juga berpisah. Begitulah adanya. Karena kita bertemu, untuk suatu saat harus berpisah. Suka atau tidak, begitulah alam mengaturnya. Waktu terus berputar, pemahaman, dan tujuan hidup semakin terarah, wajar saja jika dahulunya kita sering bersama, sering bercengkrama dengan baik, tertawa, saling memotivasi, memberi semangat, dan semuanya harus berpisah dalam jarak yang tak kita ketahui. Dan, tanpa disadaripun kita saling melupakan, lupa untuk bertanya kabar karena kesibukan yang ada di depan mata, lupa untuk berkumpul lagi, walaupun hanya tuk menghabiskan sisa-sisa waktu senggang. Yah, begitulah. Kita juga manusia. Keadaan yang membuat kita tanpa sadar bersikap seperti ini. Sejujurnya, inilah kelemahanku. Kadangkala, karena begitu fokusnya aku tanpa sengaja lupa tuk bertanya kabar, lupa untuk menghadirkan percakapan-percakapan ringan. Ingin kukatakan, maafkan aku.

Selepas magrib tadi, tanpa sengaja kulihat kembali tulisan-tulisan lamaku, kulihat kembali pesan-pesan singkat dari teman-temanku. Pesan-pesan yang mengingatkanku, bahwa dahulunya kita pernah bersama, baik dalam satu sekolah, atau dalam kondisi yang tak terduga. Pesan-pesan yang berisi doa, motivasi, canda tawa yang saat sekarang tidak lagi kutemukan. Terima kasih. Sungguh, aku tidak pernah lupa, atau sengaja melupakan. Tetapi karena keadaan, membuatku ingatan akan momen-momen itu tergantikan oleh tuntutan-tuntutan yang ada di depan mataku. Sekali lagi, maafkan aku.

Dan, aku tidak ingin melewatkan mereka yang hadir sepanjang dua tahun ini. Mereka yang memberikan warna baru di kehidupanku, mereka yang membuatku ingin kembali ke masa-masa saat aku berseragam putih abu-abu. Hahaha. Begitulah, kita baru merasa itu berarti, saat kita telah melaluinya, dan menjadikannya sebuah kenangan.

Terima kasih telah mau berteman denganku, menerimaku dengan segala kekurangan yang kumiliki. Terimakasih telah membuatku menjadi diriku sendiri, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Terimakasih telah berada di dekatku dalam semua kondisi, termasuk dalam keadaan yang memilukan, keadaan yang tak sanggup kutahan sendiri. Terima kasih, dan maafkan segala kesalahan yang kulakukan pada kalian semua. Aku juga manusia, dan pahamilah bahwa aku tak pernah luput dari kesalahan.

Hmm. Beginilah, dua puluh tahun yang kulalui. Aku menemukan banyak teman, kutemukan banyak pembelajaran dari kalian semua. Kekurangan dan kelebihan yang kalian miliki kujadikan semua itu pemahaman agar aku mampu menerima kalian dengan baik. Tak kupedulikan semua itu, karena kita selalu belajar untuk menerima semua segala kelebihan dan kekurangan jika kita ingin berteman dengan baik bukan? Hahaha. Sadarilah, karena menemukan teman itu adalah hal yang luar biasa bagiku. Karena kenapa? Karena dengan bertemu dengan teman, maka aku akan menemukan hal baru. Dan itu sungguh mengasyikkan. Percayalah. Dan, hal yang masih sulit kulakukan, namun ingin kuusahakan untuk melakukannya adalah menjaga semua pertemanan itu tetap terjalin dengan baik. Walaupun sekarang dan nantinya setiap kita berada di tempat yang sama dan berbeda. Dan, kuharap kalian masih menganggapku sebagai seorang teman.

Terakhir, aku mendoakan suatu hari nanti kita dapat bersua dalam kondisi yang berbeda. Tentunya, kondisi yang dahulunya kita dambakan. Impian-impian besar yang saat sekarang tengah berjung untuk mewujudkannya. Amiin Ya Allah. Semoga Allah ridha akan setiap doa.

Terimakasih telah mengenalku.


Lalu, apa kabar kalian semua?

[Review] Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang #BoyCandra

Judul : Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang
Pengarang : Boy Candra
Terbit : Januari 2015
Jumlah Halaman : 212 halaman
Penerbit : MediaKita
Sinopsis

Pada akhirnya, kamu hanya perlu mensyukuri apa pun yang kamu miliki hari ini. Walaupun yang kamu tunggu tak pernah datang.Walaupun yang kamu perjuangkan tak pernah sadar dengan apa yang kamu lakukan. Nikmati saja.Kelak, dia yang kamu cintai akan tahu, betapa kerasnya kamu memperjuangkannya.

- Boy Candra -

Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang adalah novel ketiga yang tulis oleh alumnus Universitas Negeri Padang bernama Boy Candra. Novel yang terbitkan oleh Mediakita pada tahun 2015 mengangkat tema mengenai catatan penulis atas perjalanan cintanya. Novel ini merupakan novel perdana yang ditulisnya dalam bentuk non fiksi.

Novel ini memberikan daya tarik tersendiri. Dilihat dari pemasaran dalam menarik pembeli dengan memberikan tampilan novel yang berbeda dari novel yang lainnya. Penerbit membuatnya seperti dalam bungkusan kotak yang cantik, sehingga novel berada di dalam bungkusan itu.
Novel ini berkisah layaknya sebuah diari yang menjelaskan perjalanan cinta dari penulis. Sama seperti judulnya, novel ini memang murni berkisah bagaimana penulis dengan sahabat menjadi sepasang kekasih, melewati banyak hal, tentang duka, tentang luka, dan kenangan.

Novel ini sangat cocok bagi pembaca yang tengah jatuh cinta, ataupun yang mengalami patah hati yang rumit. Karena di dalam novel ini tidak hanya sekedar bercerita tentang kisah si penulis. Tetapi, ada kalimat-kalimat membangun yang dapat memotivasi dalam menghapi persoalan rumit bernama ‘cinta’.
Selain itu, rangkaian kata mudah dipahami menjadikan novel ini dapat diperuntukkan bagi pembaca yang tidak menyukai bacaan berat. Tidak hanya itu, novel ini tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis sehingga dapat dibaca oleh pembaca yang ingin mencari bacaan ringan dan cepat diselesaikan.

Namun, ada beberapa bagian yang membuat reviewer kebingungan menghubungkan antara satu bagian dengan bagian selanjutnya. Ada beberapa bagian yang tidak saling terkait, dan kesannya seperti bolak-balik. Sehingga menimbulkan kebingungan dari reviewer.
Mungkin novel ini layaknya diari, adanya kebosanan yang dirasakan oleh reviewer. Sayangnya reviewer tidak menemukan dimana letak kebosanannya. Namun semua itu dapat ditutupi oleh penulis dari segala kelebihan yang diberikan oleh penerbit serta penulis. Buktinya dari toko buku yang dijumpai sudah sold out dan dapat disimpulkan banyaknya pembeli yang ingin membaca karya penulis ini.

Baiklah, mungkin 2 bintang cukup ^^