Alhamdulillah, tulisan ini mengantarkan saya menjadi "Pemenang Juara II Lomba Cerpen Genta Andalas, UNAND Tahun 2010"
***
Mika memarkirkan mobilnya di sudut
jalan. Lalu, ia keluar dengan wajah lesu dan kurang bersemangat. Ia
melangkahkan kakinya untuk menyeberangi jalanan yang dipenuhi kendaraan
bermotor dan beberapa pejalan kaki.
”Pak, pisang bakarnya dua!”ucapnya pada
penjual pisang bakar itu. Ia duduk di kursi yang telah tersedia di sana. Sambil
memandangi gulungan-gulungan ombak yang sangat menawan, ia mengambil laptop
dari dalam tasnya lalu dibukanya. Beberapa menit ia hanya memandangi layar
laptopnya. Tak ada e-mail ataupun teman untuk chatting. ”bosan.”
batinnya.
”Ini pisang bakarnya, Nak.” ucap si
penjual sambil menyuguhkan sepiring pisang bakar.
”Makasih Pak!” balasnya.
Ia menikmati pisang bakarnya, sambil
menatap pantai. Untuk sementara ia melupakan laptopnya. Ia hanya ingin menikmati
keindahan alam ini, tanpa diganggu oleh apapun. ”Sebentar lagi matahari
terbenam.” ucapnya pelan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar di saku celana jinsnya.
Dengan segera ia mengangkatnya.
”Halo?”
”Lo dimana Ka?”
”Gue? Gue di pantai Air manis. Emang
kenapa?”
”Mike!”
”Kenapa lagi dia? Dia ikut balap liar
lagi?”
”Ngg, iya. Lo datang kan?”
”Gue nggak janji. Gue malas ngurusin dia
lagi. Gue udah ngelarang dia supaya nggak ikut balap liar lagi. Tapi, dia nggak
sedikitpun mengubris saran gue.”
”Tapi ka? Dia nyuruh lo datang. Dia
bilang, ini terakhir kalinya dia ikut balap liar. Dia janji Ka!”
”Janji? Lo yakin? Gue kok nggak yakin
ya? Gue harus pergi Ta! Bye.”
”Tapi Ka?”
Mika memutuskan kontak telponnya begitu
saja. Ia tak ingin mendengarkan masalah Mike untuk saat ini. Hanya untuk saat
ini saja. Sebenarnya ia takut akan keadaan Mike. Ia takut kejadian beberapa
bulan yang lalu menimpa Mike akan terulang kembali. Mike kecelakaan karena ikut
balap liar, dan Mika melihat sendiri kekasihnya terjatuh dari motor dan di
kepalanya banyak sekali darah keluar. Saat itu, Mika berpikir kalau ia akan
kehilangan Mike hari itu juga. Tapi ternyata, Allah masih sayang padanya. Mike
masih hidup.
***
Mika memarkirkan mobilnya di tempat
pemakaman umum. Lalu, ia keluar dari mobil dan berjalan menyusuri setiap
kuburan demi kuburan. Ia berhenti saat kuburan yang hendak ia kunjungi berhasil
ia temukan. Tertulis di batu nisan itu ’Michael Tumblottom’, atau yang lebih
tepatnya adalah kuburan ’Mike’. Mika membersihkan kuburan Mike yang penuh
dengan rumput, lalu ia berdoa dengan khusyu’nya. Hari ini genap satu tahun Mike
meninggal.
”Mike, gue datang hari ini. Melihat lo
dan berdoa untuk lo. Mudah-mudahan lo tenang di surga sana. Maafin gue waktu
itu, gue nggak datang nyaksiin lo ikut balap. Gue takut, sangat takut
kehilangan lo. Hari itu, perasaan gue benar-benar nggak enak terhadap lo.
Tingkat ketakutan gue untuk kehilangan lo semakin besar. Ternyata, semua itu
memang benar. Malam itu gue benar-benar kehilangan lo untuk selamanya. Malam
itu adalah malam terakhir lo untuk ikut balap liar. Malam terakhir untuk gue
dan lo!” ucapnya penuh kepedihan. Air mata tak henti-hentinya mengalir di
pipinya. Ia sangat mencintai Mike, dan hingga saat ini sulit baginya untuk
melupakan Mike.
“Mike, gue harus pergi. Sampai jumpa,
gue sayang ama lo!” ucapnya sambil meninggalkan kuburan Mike. Ia sangat
linglung, karena sangat sulit baginya meninggalkan kuburan Mike. Tapi, ia
mencoba untuk tetap tegar dan merelakan semuanya. ”Kamu harus kuat
Mika, tanpa Mike” batinnya.
Ia kembali ke kampus. Namun, ia
tak masuk kelas. Entah kenapa ia malas untuk mendengar ocehan-ocehan dosen
untuk hari ini. Hanya untuk hari ini. Ia mencari tempat duduk yang nyaman untuk
ketenangan batinnya. Hari ini ia sangat kacau, mungkin karena ia kembali
mengingat Mike. Mengingat kematiannya. Ia mengeluarkan laptopnya, lalu mengklik
untuk koneksi internet. Ia memasukkan alamat website yang ingin ia buka.
‘www.facebook.com’. Ia asyik dengan dunia maya, dan setidaknya ia lupa akan
Mike.
”Hai?”
Mika mengerutkan dahi, sebuah pesan
datang dalam kotak chattingnya. Ia tak mengenal siapa orang yang
tiba-tiba mengatakan ‘hai’ padanya. Dengan enggan ia membalas chattingan
tersebut. Setidaknya ia punya hal untuk dilakukan.
”Hai juga.”
”Lo orang mana?”
”Gue?gue orang Padang.”
”Beneran?Gua juga!”
”Oh ya? Eh, nama asli lo sapa?”
”Gue Mike.”
”Hah?”
Ia segera menekan disconnect. Entah
kenapa saat ia membaca nama itu hatinya bergetar. Ia merasa Mike kekasihnya
hidup kembali.”Tunggu Mika! Jangan berpikir Mike itu hidup kembali. Mike itu
sudah meninggal. Ia tidak mungkin hidup kembali. Mike yang ngobrol sama kamu
hanya Mike yang kebetulan sama dengan nama Mike kekasihmu.” batinnya.
Ia menutup laptopnya, lalu memasukkan
kembali dalam tasnya. Ia berdiri lalu masuk ke dalam mobil. Ia mengendarai
mobil tanpa tujuan. Sudah satu jam lebih ia hanya mengelilingi kota Padang.
Begitu frustasikah dirinya? Akhirnya, ia memutuskan untuk memarkir mobilnya di
sebuah kafe di jalan Perintis kemerdekaan. Ia hanya memesan jus jeruk, ia
sedang tidak berselera untuk makan. Ia kembali asyik dengan laptopnya.
”Kok tadi tiba-tiba langsung off?”
Ia datang lagi. Mike kedua datang lagi.
Ia ragu untuk melanjutkan obrolan ini. Tapi, ia merasa membutuhkan seseorang
untuk menemaninya, walau hanya di dunia maya.
”Sori, tadi gue harus masuk kelas. Jadi,
langsung off.”
”Kuliah dimana?”
”Di Unand.”
”Hah? Beneran? Gue juga di Unand.
Jurusan apa?”
”THP (Teknologi Hasil Pertanian). Lo?”
”Teknik Industri. Sekarang masih di
kampus?”
”Waaw, teknik industi ya! Nggak, gue di
luar kampus sekarang.”
”Dimana tu? Gue ke sana ya?”
”Ngg, gimana ya? Okelah, gue di kafe
Mentawai surf sekarang.”
”Hah?Gue juga di kafe itu sekarang.”
”Masa? Lo yang mana?”
”Gue di meja nomor 5.”
Mika segera mengalihkan pandangannya
pada meja nomor 5. Matanya terpaku sesaat ketika melihat cowok yang duduk di
meja itu. Ia hanya tersenyum pada Mika.
”Gue di meja no 1.”
”I’m coming!”
Mika melihat cowok itu berdiri dan
melangkah ke mejanya. Ia merasa jantungnya semakin sulit untuk diatur. Berdetak
semakin cepat. Apa yang terjadi padanya?
”Boleh gue duduk di sini?” tanyanya.
”Boleh!” balas Mika gugup. Kenapa ia
merasa begitu gugup? Padahal tidak ada hubungan apa-apa.
”Oh ya, gue mau ngenalin diri ama lo
secara langsung. Gue Michael Ardiansyah.”
”Hooh, gue Mikatul Nisa.” ucapnya sambil
mengulurkan tangan.
***
Sudah satu bulan Mika selalu bertemu
dengan Mike. Ia merasa Mike telah memberikan angin baik baginya. Tapi
terkadang, ia takut akan satu hal. ”Aku takut nantinya kalau aku
mencintai Mike yang kedua”
Sore itu, Mika hanya duduk di tepi
pantai. Entah kenapa saat ia memang butuh sendiri, ia selalu ke sini. Mika
sangat menyukai pemandangan, apalagi kalau melihat pantai dan matahari
menjelang magrib. Itu sungguh indah. Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki mendekati
tempat ia berada. Ia segera menoleh ke belakang. Tata. Ia adalah teman sekampus
Mika.
”Yah, padahal gue mau ngangetin lo dari
belakang. Tapi, lo udah keburu liat. Nggak jadi deh!” ucapnya sambil ikutan
duduk dengan Mika.
”Ngapain lo ke sini?”
”Nggak ada, cuma mau nemenin lo aja. Eh,
gue denger lo lagi deket ama Mike jurusan teknik industri ya?”tanya Tata
sumringah.
Mika hanya diam, dan tertunduk. Ia tidak
tau kenapa ia jadi kayak gini. Seakan nama Mike menghantuinya.
”Ka, gue nggak marah kok. Terserah lo
mau deket ama siapa, ama Mike tukang bakso atau Mike teknik industri. Terserah
lo Ka, gue nggak marah. Yang penting dia baik untuk lo.”ucap Tata sambil
memandang Mika.
”Ta, lo nggak ngerti.”
”Gue ngerti Ka. Lo takut jatuh cinta
dengan Mike yang ke dua kan?”
Mika hanya diam dan diam. Ia memang
takut jatuh cinta dengan Mike yang ke dua. Karena, hanya ada satu Mike
yang di hatinya.
”Ka, liat gue! Gue yakin hanya Mike
pertama yang selalu ada di hati lo. Tapi, Mike sudah meninggal. Jadi, apa
salahnya lo untuk mencintai orang lagi. Mike juga sedih liat lo kayak gini.
Kayak orang yang hilang segalanya. Siapa yang tahu dengan rencana Allah Ka?
Mana tau Mike kedua yang lo kenal ini, adalah orang yang disuruh Allah untuk
menggantikan Mike pertama yang telah pergi.”
Mika mencerna setiap kata yang diucapkan
oleh Tata. Ia termenung, dan berpikir yang dikatakan Tata ada benarnya. ”Tapi,
apa benar begitu?” pikirnya. Spontan ia memeluk Tata, ia butuh hal itu. Ia
butuh seseorang untuk mengerti dirinya.
”Makasih, Ta!”
”Sama-sama Ka. Gue nggak sanggup
lama-lama liat lo kayak gini.”
Tiba-tiba, handphone Mika bergetar di
saku celana jinsnya. Ia melepaskan pelukannya dari Tata dan merogoh-rogoh
sakunya.
”Halo Mike?”
”Mika, lo bisa datang nggak ntar malam
ke GOR H.Agus salim?”
”Hah?Ngapain di sana?”
”Gue ikut balap liar, dan lo harus
nyaksiin gue.”
”Hah?Balap liar?Lo yakin mau ikut balap
liar?
”Yaiyalah, lagian gue juga udah sering
ikut balap liar. Lo datang kan?”
”Jam berapa?”
”Jam 10 malam.”
“Mudah-mudahan gue bisa datang.”
”Harus datang! Okelah Ka, bye!”
Mika memasukkan ponselnya ke saku
celananya. Ia menatap Tata yang sedari tadi kebingungan melihatnya.
”Balap liar!”
”Hah? Mike juga suka ikut balap liar?”
”Iya! Kenapa nama Mike yang gue kenal
selalu ikut balap liar. Ada nggak sih orang yang namanya Mike yang nggak ikut
balap liar?” ucapnya frustasi.
”Ka, lebih baik lo datang nanti. Kalau
perlu gue temenin.”
***
”Ta, gue takut!”
”Takut kenapa Ka? Semuanya akan
baik-baik saja.”
Sudah hampir dua jam mereka berada dalam
mobil. Mereka terlalu cepat sampai di GOR H. Agus salim. Waktu baru menunjukkan
kira-kira pukul 9 malam. Mika mengeluarkan iPod yang sedari tadi dikantonginya.
Ia menekan enter untuk lagu favoritnya 'Mr.big-just take my heart'
Just take my heart when you go
I don’t have the need for it anymore
I’ll always love you, but you’re too
hard to hold
Just take my heart when you go
Tepat jam 10 malam, Mika dan Tata keluar
dari mobil dan menghampiri Mike yang dari tadi celingukan seperti mencari
seseorang.
”Ahh, akhirnya lo datang juga. Gue pikir
lo nggak datang.” ucapnya tersenyum bahagia.
”Ya, apa salahnya gue datang kan? Oh ya,
kenalin ini Tata teman kampus gue.”
”Oh, lo juga bawa teman. Gue Mike.” ucap
Mike pada Tata sambil mengulurkan tangan pada Tata. Tata membalas uluran tangan
tersebut dengan sedikit senyuman.
”Gue takut nantinya Mika kenapa-kenapa,
makanya gue ikut ama Mika.”
”Oo, yaudah! Ka, gue akan menang untuk
lo!”
Mika hanya tersenyum. Namun senyum yang
sangat getir. Ia takut sesuatu akan terulang kembali dimalam ini. Ia takut,
sangat takut. Mike pergi meninggalkan mereka berdua sambil melambaikan tangan
pada Mika. Sudah beberapa langkah Mike meninggalkan mereka, Mike kembali. Mike
kembali menghampiri dimana Mika dan Tata berdiri. Mike memeluk Mika begitu saja
sambil berbisik di telinga Mika.
”Gue akan menang untuk lo. Percaya
dengan gue. Gue sayang ama lo Ka!” bisiknya. Mike melepaskan pelukannya lalu pergi
meninggalkan Mika yang diam mematung. Ia terlalu shock untuk
mendengar kalimat itu. ‘Gue sayang ama lo Ka!’ kalimat itu
masih tergiang-giang di telinganya.
”Mika? Lo baik-baik aja kan?” ucap Tata
membuyarkan lamunannya..
”Hah? Kenapa Ta?” ucapnya gugup.
”Lo kayak orang kesambet Ka. Emang, apa
sih yang dibisikinama Mike tadi. Kayaknya penting banget gitu!”
”Tataaaa… Mike bilang sayang ama gue!”
”Hah? Beneran? Gila juga si Mike!
Perasaan lo gimana? Senang kan?”
”Senang dan sedih.”
”Kok sedih sih Ka?”
”Gue takut nantinya berakhir kayak Mike
sebelumnya.”
”Ka, positif thinking aja.
Gue yakin, hal itu nggak akan terulang lagi. Cukup terjadi untuk sekali tidak
untuk dua kali. Percaya ama gue.”
Akhirnya balap liar itu dimulai juga.
Untuk sementara, Mike memimpin balapan tersebut. Mika hanya menyaksikan balapan
itu sambil duduk bersama Tata di dekat tribun lapangan. Semenjak balapan itu
dimulai, Tata mengenggam erat tangan Mika yang gemetar luar biasa. Keringat
dingin bercucuran di tubuh Mika.
”Everything will be fine Mika. Don’t worry
with him!” batinnya.
”Ka, lo jangan takut kayak gitu.
Semuanya akan baik-baik aja. Percaya ama dia Ka.”
Mika mengangguk, merespon apa yang
dikatakan Tata. Namun, tangannya semakin gemetar. Pertanda apa ini? Ia
sangat resah. Balapan hanya tinggal satu putaran, dan Mike masih memimpin.”Ayo
Mike! Hanya tinggal satu putaran. Lo harus menang dalam keadaan baik-baik aja!”
batinnya lagi.
Balapan selesai dan semuanya berakhir.
Mike menang tanpa ada kecelakaan sedikit pun. Mika terlihat lebih tenang. Tata
melepaskan genggamannya, karena ia merasa Mika tak lagi gemetar. Keringat
dingin yang tadinya bercucuran di tubuhnya, kini telah berhenti mengalir.
Senyumnya terkembang. Ia sangat lega. Lega karena tak ada yang terjadi dengan
Mike.
”Apa gue bilang Ka? Lo itu terlalu takut
Ka. Jangan ingat yang dulu, tapi lihat yang sekarang.” ucap Tata pada
Mika.
Tiba-tiba, bayangan-bayangan Mike
berkelebat dalam otaknya. Ia menatap lapangan itu, ia melihat Mike melambai
padanya sebelum balapan. Ia menyaksikan Mike balapan dengan takutnya. Sampai
malam itu… ia melihat Mike kecelakaan. Ia menyaksikan bagaimana Mike dihantam
oleh beberapa pembalap lain yang berada di belakangnya. Sungguh tragis. Ia
melihat darah yang banyak keluar dari kepala Mike. Saat itu ia hanya mampu
menangis dan menangis. Tangisnya berhenti seiring dokter mengatakan Mike
baik-baik saja dan tidak meninggal.
Tanpa sadar ia menangis. Ia terhuyung ke
belakang, kalau saja Tata tidak segera memegangnya mungkin ia akan terjatuh.
”Ka, lo kenapa?”tanya Tata bingung
sambil mengajaknya duduk. Mika hanya mengikuti Tata yang menyuruhnya untuk
duduk. Ia kembali termenung, ia kembali mengingat Mike. Ia rindu dengan Mike.
Air mata kembali mengalir di pipinya. Ia tak tahan dengan situasi ini. Ia
terlalu mencintai Mike. Ia ingin Mike kembali bersamanya untuk saat ini.
Tanpa Mika sadari, orang yang berada di
sampingnya dari tadi adalah Mike. Mike ke dua untuknya. Tata telah
meninggalkannya dari tadi. Spontan Mika memeluk Mike yang ada di sampingnya.
Tangisnya pecah di punggung si empunya.
”Mike, jangan tinggalin gue. Gue takut
lo akan ninggalin gue. Gue mohon Mike, jangan tinggalin gue seperti orang yang
sebelumnya ninggalin gue!” ucapnya terisak.
***