Pages

October 22, 2011

[Cerpen] Mika and Mike

Alhamdulillah, tulisan ini mengantarkan saya menjadi "Pemenang Juara II Lomba Cerpen Genta Andalas, UNAND Tahun 2010"
***
Mika memarkirkan mobilnya di sudut jalan. Lalu, ia keluar dengan wajah lesu dan kurang bersemangat. Ia melangkahkan kakinya untuk menyeberangi jalanan yang dipenuhi kendaraan bermotor dan beberapa pejalan kaki.

”Pak, pisang bakarnya dua!”ucapnya pada penjual pisang bakar itu. Ia duduk di kursi yang telah tersedia di sana. Sambil memandangi gulungan-gulungan ombak yang sangat menawan, ia mengambil laptop dari dalam tasnya lalu dibukanya. Beberapa menit ia hanya memandangi layar laptopnya. Tak ada e-mail ataupun teman untuk chatting. ”bosan.” batinnya.

”Ini pisang bakarnya, Nak.” ucap si penjual sambil menyuguhkan sepiring pisang bakar.

”Makasih Pak!” balasnya.

Ia menikmati pisang bakarnya, sambil menatap pantai. Untuk sementara ia melupakan laptopnya. Ia hanya ingin menikmati keindahan alam ini, tanpa diganggu oleh apapun. ”Sebentar lagi matahari terbenam.” ucapnya pelan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar di saku celana jinsnya. Dengan segera ia mengangkatnya.

”Halo?” 

”Lo dimana Ka?”

”Gue? Gue di pantai Air manis. Emang kenapa?”

”Mike!”

”Kenapa lagi dia? Dia ikut balap liar lagi?”

”Ngg, iya. Lo datang kan?”

”Gue nggak janji. Gue malas ngurusin dia lagi. Gue udah ngelarang dia supaya nggak ikut balap liar lagi. Tapi, dia nggak sedikitpun mengubris saran gue.”

”Tapi ka? Dia nyuruh lo datang. Dia bilang, ini terakhir kalinya dia ikut balap liar. Dia janji Ka!”

”Janji? Lo yakin? Gue kok nggak yakin ya? Gue harus pergi Ta! Bye.”

”Tapi Ka?”

Mika memutuskan kontak telponnya begitu saja. Ia tak ingin mendengarkan masalah Mike untuk saat ini. Hanya untuk saat ini saja. Sebenarnya ia takut akan keadaan Mike. Ia takut kejadian beberapa bulan yang lalu menimpa Mike akan terulang kembali. Mike kecelakaan karena ikut balap liar, dan Mika melihat sendiri kekasihnya terjatuh dari motor dan di kepalanya banyak sekali darah keluar. Saat itu, Mika berpikir kalau ia akan kehilangan Mike hari itu juga. Tapi ternyata, Allah masih sayang padanya. Mike masih hidup.
***
Mika memarkirkan mobilnya di tempat pemakaman umum. Lalu, ia keluar dari mobil dan berjalan menyusuri setiap kuburan demi kuburan. Ia berhenti saat kuburan yang hendak ia kunjungi berhasil ia temukan. Tertulis di batu nisan itu ’Michael Tumblottom’, atau yang lebih tepatnya adalah kuburan ’Mike’. Mika membersihkan kuburan Mike yang penuh dengan rumput, lalu ia berdoa dengan khusyu’nya. Hari ini genap satu tahun Mike meninggal.

”Mike, gue datang hari ini. Melihat lo dan berdoa untuk lo. Mudah-mudahan lo tenang di surga sana. Maafin gue waktu itu, gue nggak datang nyaksiin lo ikut balap. Gue takut, sangat takut kehilangan lo. Hari itu, perasaan gue benar-benar nggak enak terhadap lo. Tingkat ketakutan gue untuk kehilangan lo semakin besar. Ternyata, semua itu memang benar. Malam itu gue benar-benar kehilangan lo untuk selamanya. Malam itu adalah malam terakhir lo untuk ikut balap liar. Malam terakhir untuk gue dan lo!” ucapnya penuh kepedihan. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya. Ia sangat mencintai Mike, dan hingga saat ini sulit baginya untuk melupakan Mike.

“Mike, gue harus pergi. Sampai jumpa, gue sayang ama lo!” ucapnya sambil meninggalkan kuburan Mike. Ia sangat linglung, karena sangat sulit baginya meninggalkan kuburan Mike. Tapi, ia mencoba untuk tetap tegar dan merelakan semuanya. ”Kamu harus kuat Mika, tanpa Mike” batinnya.

Ia kembali ke kampus. Namun,  ia tak masuk kelas. Entah kenapa ia malas untuk mendengar ocehan-ocehan dosen untuk hari ini. Hanya untuk hari ini. Ia mencari tempat duduk yang nyaman untuk ketenangan batinnya. Hari ini ia sangat kacau, mungkin karena ia kembali mengingat Mike. Mengingat kematiannya. Ia mengeluarkan laptopnya, lalu mengklik untuk koneksi internet. Ia memasukkan alamat website yang ingin ia buka. ‘www.facebook.com’. Ia asyik dengan dunia maya, dan setidaknya ia lupa akan Mike.

”Hai?”

Mika mengerutkan dahi, sebuah pesan datang dalam kotak chattingnya. Ia tak mengenal siapa orang yang tiba-tiba mengatakan ‘hai’ padanya. Dengan enggan ia membalas chattingan tersebut. Setidaknya ia punya hal untuk dilakukan.

”Hai juga.”

”Lo orang mana?

”Gue?gue orang Padang.”

”Beneran?Gua juga!”

”Oh ya? Eh, nama asli lo sapa?”

”Gue Mike.”

”Hah?”

Ia segera menekan disconnect. Entah kenapa saat ia membaca nama itu hatinya bergetar. Ia merasa Mike kekasihnya hidup kembali.”Tunggu Mika! Jangan berpikir Mike itu hidup kembali. Mike itu sudah meninggal. Ia tidak mungkin hidup kembali. Mike yang ngobrol sama kamu hanya Mike yang kebetulan sama dengan nama Mike kekasihmu.” batinnya.

Ia menutup laptopnya, lalu memasukkan kembali dalam tasnya. Ia berdiri lalu masuk ke dalam mobil. Ia mengendarai mobil tanpa tujuan. Sudah satu jam lebih ia hanya mengelilingi kota Padang. Begitu frustasikah dirinya? Akhirnya, ia memutuskan untuk memarkir mobilnya di sebuah kafe di jalan Perintis kemerdekaan. Ia hanya memesan jus jeruk, ia sedang tidak berselera untuk makan. Ia kembali asyik dengan laptopnya.

Kok tadi tiba-tiba langsung off?”

Ia datang lagi. Mike kedua datang lagi. Ia ragu untuk melanjutkan obrolan ini. Tapi, ia merasa membutuhkan seseorang untuk menemaninya, walau hanya di dunia maya.

”Sori, tadi gue harus masuk kelas. Jadi, langsung off.”

”Kuliah dimana?”

”Di Unand.”

”Hah? Beneran? Gue juga di Unand. Jurusan apa?”

”THP (Teknologi Hasil Pertanian). Lo?”

”Teknik Industri. Sekarang masih di kampus?”

”Waaw, teknik industi ya! Nggak, gue di luar kampus sekarang.”

”Dimana tu? Gue ke sana ya?”

”Ngg, gimana ya? Okelah, gue di kafe Mentawai surf sekarang.”

”Hah?Gue juga di kafe itu sekarang.”

”Masa? Lo yang mana?”
”Gue di meja nomor 5.”

Mika segera mengalihkan pandangannya pada meja nomor 5. Matanya terpaku sesaat ketika melihat cowok yang duduk di meja itu. Ia hanya tersenyum pada Mika.

”Gue di meja no 1.”

”I’m coming!”

Mika melihat cowok itu berdiri dan melangkah ke mejanya. Ia merasa jantungnya semakin sulit untuk diatur. Berdetak semakin cepat. Apa yang terjadi padanya?

”Boleh gue duduk di sini?” tanyanya.

”Boleh!” balas Mika gugup. Kenapa ia merasa begitu gugup? Padahal tidak ada hubungan apa-apa.

”Oh ya, gue mau ngenalin diri ama lo secara langsung. Gue Michael Ardiansyah.”

”Hooh, gue Mikatul Nisa.” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
                                                                              ***
Sudah satu bulan Mika selalu bertemu dengan Mike. Ia merasa Mike telah memberikan angin baik baginya. Tapi terkadang, ia takut akan satu hal. ”Aku takut nantinya kalau aku mencintai Mike yang kedua”

Sore itu, Mika hanya duduk di tepi pantai. Entah kenapa saat ia memang butuh sendiri, ia selalu ke sini. Mika sangat menyukai pemandangan, apalagi kalau melihat pantai dan matahari menjelang magrib. Itu sungguh indah. Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki mendekati tempat ia berada. Ia segera menoleh ke belakang. Tata. Ia adalah teman sekampus Mika.

”Yah, padahal gue mau ngangetin lo dari belakang. Tapi, lo udah keburu liat. Nggak jadi deh!” ucapnya sambil ikutan duduk dengan Mika.

”Ngapain lo ke sini?”

”Nggak ada, cuma mau nemenin lo aja. Eh, gue denger lo lagi deket ama Mike jurusan teknik industri ya?”tanya Tata sumringah.

Mika hanya diam, dan tertunduk. Ia tidak tau kenapa ia jadi kayak gini. Seakan nama Mike menghantuinya.

”Ka, gue nggak marah kok. Terserah lo mau deket ama siapa, ama Mike tukang bakso atau Mike teknik industri. Terserah lo Ka, gue nggak marah. Yang penting dia baik untuk lo.”ucap Tata sambil memandang Mika.

”Ta, lo nggak ngerti.”

”Gue ngerti Ka. Lo takut jatuh cinta dengan Mike yang ke dua kan?”

Mika hanya diam dan diam. Ia memang takut jatuh cinta dengan Mike yang ke dua. Karena,  hanya ada satu Mike yang di hatinya.

”Ka, liat gue! Gue yakin hanya Mike pertama yang selalu ada di hati lo. Tapi, Mike sudah meninggal. Jadi, apa salahnya lo untuk mencintai orang lagi. Mike juga sedih liat lo kayak gini. Kayak orang yang hilang segalanya. Siapa yang tahu dengan rencana Allah Ka? Mana tau Mike kedua yang lo kenal ini, adalah orang yang disuruh Allah untuk menggantikan Mike pertama yang telah pergi.”

Mika mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Tata. Ia termenung, dan berpikir yang dikatakan Tata ada benarnya. ”Tapi, apa benar begitu?” pikirnya. Spontan ia memeluk Tata, ia butuh hal itu. Ia butuh seseorang untuk mengerti dirinya.

”Makasih, Ta!”

”Sama-sama Ka. Gue nggak sanggup lama-lama liat lo kayak gini.”

Tiba-tiba, handphone Mika bergetar di saku celana jinsnya. Ia melepaskan pelukannya dari Tata dan merogoh-rogoh sakunya.

”Halo Mike?”

”Mika, lo bisa datang nggak ntar malam ke GOR H.Agus salim?”

”Hah?Ngapain di sana?” 

”Gue ikut balap liar, dan lo harus nyaksiin gue.”

”Hah?Balap liar?Lo yakin mau ikut balap liar?

”Yaiyalah, lagian gue juga udah sering ikut balap liar. Lo datang kan?”

”Jam berapa?”

”Jam 10 malam.”

“Mudah-mudahan gue bisa datang.” 

”Harus datang! Okelah Ka, bye!”

Mika memasukkan ponselnya ke saku celananya. Ia menatap Tata yang sedari tadi kebingungan melihatnya.

”Balap liar!”

”Hah? Mike juga suka ikut balap liar?”

”Iya! Kenapa nama Mike yang gue kenal selalu ikut balap liar. Ada nggak sih orang yang namanya Mike yang nggak ikut balap liar?” ucapnya frustasi.

”Ka, lebih baik lo datang nanti. Kalau perlu gue temenin.”
                                                                                     ***
”Ta, gue takut!”

”Takut kenapa Ka? Semuanya akan baik-baik saja.”

Sudah hampir dua jam mereka berada dalam mobil. Mereka terlalu cepat sampai di GOR H. Agus salim. Waktu baru menunjukkan kira-kira pukul 9 malam. Mika mengeluarkan iPod yang sedari tadi dikantonginya. Ia menekan enter untuk  lagu favoritnya 'Mr.big-just take my heart'

Just take my heart when you go
I don’t have the need for it anymore
I’ll always love you, but you’re too hard to hold
Just take my heart when you go

Tepat jam 10 malam, Mika dan Tata keluar dari mobil dan menghampiri Mike yang dari tadi celingukan seperti mencari seseorang.

”Ahh, akhirnya lo datang juga. Gue pikir lo nggak datang.”  ucapnya tersenyum bahagia.

”Ya, apa salahnya gue datang kan? Oh ya, kenalin ini Tata teman kampus gue.”

”Oh, lo juga bawa teman. Gue Mike.” ucap Mike pada Tata sambil mengulurkan tangan pada Tata. Tata membalas uluran tangan tersebut dengan sedikit senyuman.

”Gue takut nantinya Mika kenapa-kenapa, makanya gue ikut ama Mika.”

”Oo, yaudah! Ka, gue akan menang untuk lo!”

Mika hanya tersenyum. Namun senyum yang sangat getir. Ia takut sesuatu akan terulang kembali dimalam ini. Ia takut, sangat takut. Mike pergi meninggalkan mereka berdua sambil melambaikan tangan pada Mika. Sudah beberapa langkah Mike meninggalkan mereka, Mike kembali. Mike kembali menghampiri dimana Mika dan Tata berdiri. Mike memeluk Mika begitu saja sambil berbisik di telinga Mika.

”Gue akan menang untuk lo. Percaya dengan gue. Gue sayang ama lo Ka!” bisiknya. Mike melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkan Mika yang diam mematung. Ia terlalu shock untuk mendengar kalimat itu. ‘Gue sayang ama lo Ka!’ kalimat itu masih tergiang-giang di telinganya.

”Mika? Lo baik-baik aja kan?” ucap Tata membuyarkan lamunannya..

”Hah? Kenapa Ta?” ucapnya gugup.

”Lo kayak orang kesambet Ka. Emang, apa sih yang dibisikinama Mike tadi. Kayaknya penting banget gitu!”

”Tataaaa… Mike bilang sayang ama gue!”

”Hah? Beneran? Gila juga si Mike! Perasaan lo gimana? Senang kan?”

”Senang dan sedih.”

”Kok sedih sih Ka?”

”Gue takut nantinya berakhir kayak Mike sebelumnya.”

”Ka,  positif thinking aja. Gue yakin, hal itu nggak akan terulang lagi. Cukup terjadi untuk sekali tidak untuk dua kali. Percaya ama gue.”

Akhirnya balap liar itu dimulai juga. Untuk sementara, Mike memimpin balapan tersebut. Mika hanya menyaksikan balapan itu sambil duduk bersama Tata di dekat tribun lapangan. Semenjak balapan itu dimulai, Tata mengenggam erat tangan Mika yang gemetar luar biasa. Keringat dingin bercucuran di tubuh Mika.

”Everything will be fine Mika. Don’t worry with him!” batinnya.

”Ka, lo jangan takut kayak gitu. Semuanya akan baik-baik aja. Percaya ama dia Ka.”

Mika mengangguk, merespon apa yang dikatakan Tata. Namun,  tangannya semakin gemetar. Pertanda apa ini? Ia sangat resah. Balapan hanya tinggal satu putaran, dan Mike masih memimpin.”Ayo Mike! Hanya tinggal satu putaran. Lo harus menang dalam keadaan baik-baik aja!” batinnya lagi.

Balapan selesai dan semuanya berakhir. Mike menang tanpa ada kecelakaan sedikit pun. Mika terlihat lebih tenang. Tata melepaskan genggamannya, karena ia merasa Mika tak lagi gemetar. Keringat dingin yang tadinya bercucuran di tubuhnya, kini telah berhenti mengalir. Senyumnya terkembang. Ia sangat lega. Lega karena tak ada yang terjadi dengan Mike.

”Apa gue bilang Ka? Lo itu terlalu takut Ka. Jangan ingat yang dulu,  tapi lihat yang sekarang.” ucap Tata pada Mika.

Tiba-tiba, bayangan-bayangan Mike berkelebat dalam otaknya. Ia menatap lapangan itu, ia melihat Mike melambai padanya sebelum balapan. Ia menyaksikan Mike balapan dengan takutnya. Sampai malam itu… ia melihat Mike kecelakaan. Ia menyaksikan bagaimana Mike dihantam oleh beberapa pembalap lain yang berada di belakangnya. Sungguh tragis. Ia melihat darah yang banyak keluar dari kepala Mike. Saat itu ia hanya mampu menangis dan menangis. Tangisnya berhenti seiring dokter mengatakan Mike baik-baik saja dan tidak meninggal.

Tanpa sadar ia menangis. Ia terhuyung ke belakang, kalau saja Tata tidak segera memegangnya mungkin ia akan terjatuh.

”Ka, lo kenapa?”tanya Tata bingung sambil mengajaknya duduk. Mika hanya mengikuti Tata yang menyuruhnya untuk duduk. Ia kembali termenung, ia kembali mengingat Mike. Ia rindu dengan Mike. Air mata kembali mengalir di pipinya. Ia tak tahan dengan situasi ini. Ia terlalu mencintai Mike. Ia ingin Mike kembali bersamanya untuk saat ini.

Tanpa Mika sadari, orang yang berada di sampingnya dari tadi adalah Mike. Mike ke dua untuknya. Tata telah meninggalkannya dari tadi. Spontan Mika memeluk Mike yang ada di sampingnya. Tangisnya pecah di punggung si empunya.

”Mike, jangan tinggalin gue. Gue takut lo akan ninggalin gue. Gue mohon Mike, jangan tinggalin gue seperti orang yang sebelumnya ninggalin gue!” ucapnya terisak.
***


No comments:

Post a Comment