Pages

August 26, 2018

[Bedah Buku] Berkawan

Pict by Sean-McComb
Saya masih berusaha untuk meluangkan waktu untuk membaca. Minimal satu jam untuk membaca, sekaligus untuk mengurangi timbunan buku yang belum terbaca. Saya melanjutkan buku Teach Like Finland karya Timothy D Walker. Saya belum bisa berandai-andai kapan pastinya mampu menyelesaikan buku ini. Bukan karena bukunya tidak menarik, tapi butuh waktu untuk mencerna setiap kisah dari si penulis. Saya telah menyelesaikan bagian kedua buku ini: Rasa Dimiliki. Lalu, saya tertarik untuk membahas tentang Berkawan yang diceritakan oleh penulis.

"Ketika Anda berbagi dengan orang lain segalanya menjadi lebih ringan"--halaman 87.

August 22, 2018

[Jurnal] Kesempatan Menjadi Seorang Guru


Saya percaya bahwa Allah telah menetapkan segalanya dengan baik, termasuk segala kesempatan dan harapan. Saya masih ingat apa yang terjadi satu tahun lalu-skripsi dan wisuda. Lalu, waktu tanpa disadari berjalan cukup cepat. Hingga saya telah berada cukup jauh dari hiruk pikuk kejadian itu. Sekarang adalah minggu terakhir di bulan Agustus. Tidak ada yang menyangka bahwa bulan esok adalah pengingat satu tahun toga berada di atas kepala saya. Tidakkah itu menjadi hari yang membahagiakan kala itu? Alhamdulillah wa syukurillah, Allah beri saya kesempatan di hari itu. Sekarang, setelah euforia wisuda berlalu tanpa terduga Allah berikan saya kesempatan lagi. 

Saya menyakini bahwa kesempatan tidak pernah datang dua kali. Maka dari itu, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. Meskipun itu berarti saya harus keluar dari zona nyaman. Percaya atau tidak, saya selalu takut untuk memulai sesuatu yang baru. Perasaan tidak nyaman yang senantiasa hadir menjadi hambatan bagi saya. Satu bulan yang lalu, saya diberi kesempatan untuk mengajar di sekolah. Selepas kompre Juli tahun lalu, saya mengajar di bimbel, sambil menikmati hidup sebagai seorang pengajar hingga hari ini. Lalu, entah sejak kapan saya mulai berdoa pada-Nya. Ya, saya meminta pada-Nya agar diberi kesempatan.

Saya meminta, lalu Allah memberikannya. Tiba-tiba ada kabar terbukanya peluang bagi saya. Saya memberanikan diri untuk melamar walaupun hati penuh dengan rasa takut. Saya takut bertemu dengan orang baru, takut tidak diterima dalam suatu lingkungan. Beberapa minggu setelah itu, dengan harapan yang tak jelas-antara berharap dan tidak, panggilan itu datang. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana degup jantung saya waktu itu. Berlebihan memang, tapi saya memang seperti itu.