Saya percaya bahwa Allah telah menetapkan segalanya dengan baik,
termasuk segala kesempatan dan harapan. Saya masih ingat apa yang terjadi satu
tahun lalu-skripsi dan wisuda. Lalu, waktu tanpa disadari berjalan cukup cepat.
Hingga saya telah berada cukup jauh dari hiruk pikuk kejadian itu. Sekarang
adalah minggu terakhir di bulan Agustus. Tidak ada yang menyangka bahwa bulan
esok adalah pengingat satu tahun toga berada di atas kepala saya. Tidakkah itu
menjadi hari yang membahagiakan kala itu? Alhamdulillah wa syukurillah, Allah
beri saya kesempatan di hari itu. Sekarang, setelah euforia wisuda berlalu tanpa terduga Allah
berikan saya kesempatan lagi.
Saya menyakini bahwa kesempatan tidak pernah
datang dua kali. Maka dari itu, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan itu.
Meskipun itu berarti saya harus keluar dari zona nyaman. Percaya atau tidak, saya selalu takut untuk memulai sesuatu yang baru. Perasaan tidak nyaman yang
senantiasa hadir menjadi hambatan bagi saya. Satu bulan yang lalu, saya diberi kesempatan untuk mengajar di
sekolah. Selepas kompre Juli tahun lalu, saya mengajar di bimbel, sambil
menikmati hidup sebagai seorang pengajar hingga hari ini. Lalu, entah sejak
kapan saya mulai berdoa pada-Nya. Ya, saya meminta pada-Nya agar diberi
kesempatan.
Saya meminta, lalu Allah memberikannya. Tiba-tiba ada kabar
terbukanya peluang bagi saya. Saya memberanikan diri untuk melamar walaupun
hati penuh dengan rasa takut. Saya takut bertemu dengan orang baru, takut tidak
diterima dalam suatu lingkungan. Beberapa minggu setelah itu, dengan harapan
yang tak jelas-antara berharap dan tidak, panggilan itu datang. Mungkin bisa
dibayangkan bagaimana degup jantung saya waktu itu. Berlebihan memang, tapi
saya memang seperti itu.