Pages

August 22, 2018

[Jurnal] Kesempatan Menjadi Seorang Guru


Saya percaya bahwa Allah telah menetapkan segalanya dengan baik, termasuk segala kesempatan dan harapan. Saya masih ingat apa yang terjadi satu tahun lalu-skripsi dan wisuda. Lalu, waktu tanpa disadari berjalan cukup cepat. Hingga saya telah berada cukup jauh dari hiruk pikuk kejadian itu. Sekarang adalah minggu terakhir di bulan Agustus. Tidak ada yang menyangka bahwa bulan esok adalah pengingat satu tahun toga berada di atas kepala saya. Tidakkah itu menjadi hari yang membahagiakan kala itu? Alhamdulillah wa syukurillah, Allah beri saya kesempatan di hari itu. Sekarang, setelah euforia wisuda berlalu tanpa terduga Allah berikan saya kesempatan lagi. 

Saya menyakini bahwa kesempatan tidak pernah datang dua kali. Maka dari itu, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. Meskipun itu berarti saya harus keluar dari zona nyaman. Percaya atau tidak, saya selalu takut untuk memulai sesuatu yang baru. Perasaan tidak nyaman yang senantiasa hadir menjadi hambatan bagi saya. Satu bulan yang lalu, saya diberi kesempatan untuk mengajar di sekolah. Selepas kompre Juli tahun lalu, saya mengajar di bimbel, sambil menikmati hidup sebagai seorang pengajar hingga hari ini. Lalu, entah sejak kapan saya mulai berdoa pada-Nya. Ya, saya meminta pada-Nya agar diberi kesempatan.

Saya meminta, lalu Allah memberikannya. Tiba-tiba ada kabar terbukanya peluang bagi saya. Saya memberanikan diri untuk melamar walaupun hati penuh dengan rasa takut. Saya takut bertemu dengan orang baru, takut tidak diterima dalam suatu lingkungan. Beberapa minggu setelah itu, dengan harapan yang tak jelas-antara berharap dan tidak, panggilan itu datang. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana degup jantung saya waktu itu. Berlebihan memang, tapi saya memang seperti itu.

Esok harinya saya ke sekolah. Saya bertemu dengan beberapa orang, saling menyapa dengan hangat. Saya ingat waktu itu berulang kali membaca surat an-naas, agar Allah meredamkan rasa takut dalam hati saya. Alhamdulillah, Allah lancarkan segala urusan saya di hari itu.

Hari ini kurang lebih telah sebulan saya berada di sekolah. Perlahan saya mulai merasa nyaman di sana. Benar adanya, untuk mengenal sesuatu kita butuh waktu. Jika gagal di awal, saya harus mencobanya lagi. Jika masih gagal lagi, saya harus mencobanya lebih keras lagi. Dan saya bersyukur pada-Nya, walaupun di awalnya ada keinginan untuk menyerah. Tapi sekali lagi saya ingat apa yang saya pinta kepada-Nya: "Bukankah kamu yang meminta pada Rabbmu?"

Setelah semua yang terjadi, saya belajar bahwa Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Melalui itu, saya juga belajar bahwa rasa lelah ini terbayar hanya dengan mengingat jabahan doa dari-Nya. Alhamdulillah wa syukurillah.

Lalu, nikmat Tuhan mana lagi yang harus kau dustakan?

[22 Agustus 2018]

No comments:

Post a Comment