Judul : Pergi
Pengarang : Tere Liye
Tahun Terbit : Juni 2018
Penerbit : Republika
Jumlah Halaman : 455 halaman
Sinopsis:
Pengarang : Tere Liye
Tahun Terbit : Juni 2018
Penerbit : Republika
Jumlah Halaman : 455 halaman
Sinopsis:
"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan di bawa Pergi."
###
Pergi adalah lanjutan cerita dari novel sebelumnya, 'Pulang'. Masih dengan tokoh utama yang sama yaitu Bujang (a.k.a Si Babi Hutan, a.k.a Agam). Jika pada novel sebelumnya posisi Bujang hanya sebagai seorang tukang pukul, maka pada lanjutannya dia akan mengambil peran sebagai 'Teuke Besar' (a.k.a big boss).
Perjalanan awal mengambil setting di Meksiko dengan misi mencuri 'sesuatu' yang amat penting bagi kelangsungan keluarga shadow economy. Namun pada pertemuan itu, Bujang mengalami kekalahan dan misi yang dijalankan gagal total ditambah ucapan lawan tarungnya yang mengatakan 'little brother'.
Seperti biasa, membaca karya Tere Liye selalu menjadi candu. Namun, sebelum memutuskan membaca novel ini, ada baiknya membaca 'Pulang' lebih dahulu. Ada beberapa bagian yang mengharuskan kita untuk menarik benang merahnya pada novel sebelumnya. JIka boleh jujur, sebenarnya saya tidak begitu mengingat dengan pasti alur cerita pada novel Pulang. Mungkin karena terlalu lama jarak saya membaca Pulang dan Pergi. Alhasil, pada bab awal saya agak bingung lalu bertanya-tanya dalam hati: Ini mereka siapa? Ini kenapa?
Saya merasa pada novel ini didominasi oleh masa lalu dari ayah Bujang yaitu Samad. Surat-surat yang dikirimkan seseorang dari Meksiko membuka satu persatu misteri kehidupan bapaknya pada masa lalu. Meskipun pada akhirnya masa lalu tersebut hanya sedikit yang menyisakan bahagia.
Aku tahu, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati mamakku dibanding di matanya. Tapi sekarang, aku tidak tahu lagi, berapa banyak air mata yang pernah disebabkan oleh Bapak dalam kehidupannya. [Halaman 54]
Jika pada novel Pulang pertanyaan yang selalu hadir: kemana dia harus pulang? Sedangkan pada novel ini mengajaknya untuk kemana dia harus membaca keluarga ini pergi. Saya tidak pernah paham bagaimana shadow economy itu sebenarnya. Ada keinginan untuk mem-browsing tapi urung dilakukan. Penulis menurut saya berhasil mendeskripsikan betapa luar biasanya bisnis tersebut.
Novel ini penuh dengan action, meskipun saya menemukan beberapa kejanggalan terutama apa yang terjadi di hotel milik keluarga Lin. Bukankah mereka telah melakukan pengeboman dengan basoka? Bagaimana mungkin itu tidak terdeteksi oleh masyarakat dan media?
Saya sudah menduga setiap scene yang akan terjadi. Tapi pada bagian 'keajaiban hadir', saya merasa hal itu seolah dipaksakan. Menurut saya ketika mereka terkepung adalah bagian klimaksnya dan saya berharap lebih. Saya mengira akan terjadi pertumpahan yang mengerikan. Nyatanya? Peperangan selesai dengan amat-sangat-sederhana. Begitu datar dan penuh drama. Pada bagian akhir saya menantikan sesuatu yaitu percakapan yang panjang antara Bujang dan Diego.
Disetiap pertemuan,pasti ada perpisahan. [Halaman 267]
Terlepas dari misi seorang Bujang, saya suka pada bagian ketika pertarungannya dengan Maria. Beberapa kali saya tertawa sendiri ketika Salonga dan ayah Maria-Otets membicarakan tentang putrinya. Sisi romance seorang Tere Liye hadir memberikan bumbu pada novel ini. Walaupun sebenarnya kisah Samad dan Catrina sudah cukup penuh drama. Saya berharap pada buku selanjutnya penulis akan memberikan bagian untuk kisah Bujang dan Maria.
Saya selesai dengan novel ini. Ending yang menggantung. Konflik yang selesai dengan kehadiran Basyir, dan masih banyak tanda tanya dalam pikiran saya. Baiklah, saya memberikan 3/5 bintang untuk novel ini.
Selamat membaca!
Tetap Membumi.
Perjalanan awal mengambil setting di Meksiko dengan misi mencuri 'sesuatu' yang amat penting bagi kelangsungan keluarga shadow economy. Namun pada pertemuan itu, Bujang mengalami kekalahan dan misi yang dijalankan gagal total ditambah ucapan lawan tarungnya yang mengatakan 'little brother'.
Seperti biasa, membaca karya Tere Liye selalu menjadi candu. Namun, sebelum memutuskan membaca novel ini, ada baiknya membaca 'Pulang' lebih dahulu. Ada beberapa bagian yang mengharuskan kita untuk menarik benang merahnya pada novel sebelumnya. JIka boleh jujur, sebenarnya saya tidak begitu mengingat dengan pasti alur cerita pada novel Pulang. Mungkin karena terlalu lama jarak saya membaca Pulang dan Pergi. Alhasil, pada bab awal saya agak bingung lalu bertanya-tanya dalam hati: Ini mereka siapa? Ini kenapa?
Saya merasa pada novel ini didominasi oleh masa lalu dari ayah Bujang yaitu Samad. Surat-surat yang dikirimkan seseorang dari Meksiko membuka satu persatu misteri kehidupan bapaknya pada masa lalu. Meskipun pada akhirnya masa lalu tersebut hanya sedikit yang menyisakan bahagia.
Aku tahu, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati mamakku dibanding di matanya. Tapi sekarang, aku tidak tahu lagi, berapa banyak air mata yang pernah disebabkan oleh Bapak dalam kehidupannya. [Halaman 54]
Jika pada novel Pulang pertanyaan yang selalu hadir: kemana dia harus pulang? Sedangkan pada novel ini mengajaknya untuk kemana dia harus membaca keluarga ini pergi. Saya tidak pernah paham bagaimana shadow economy itu sebenarnya. Ada keinginan untuk mem-browsing tapi urung dilakukan. Penulis menurut saya berhasil mendeskripsikan betapa luar biasanya bisnis tersebut.
Novel ini penuh dengan action, meskipun saya menemukan beberapa kejanggalan terutama apa yang terjadi di hotel milik keluarga Lin. Bukankah mereka telah melakukan pengeboman dengan basoka? Bagaimana mungkin itu tidak terdeteksi oleh masyarakat dan media?
Saya sudah menduga setiap scene yang akan terjadi. Tapi pada bagian 'keajaiban hadir', saya merasa hal itu seolah dipaksakan. Menurut saya ketika mereka terkepung adalah bagian klimaksnya dan saya berharap lebih. Saya mengira akan terjadi pertumpahan yang mengerikan. Nyatanya? Peperangan selesai dengan amat-sangat-sederhana. Begitu datar dan penuh drama. Pada bagian akhir saya menantikan sesuatu yaitu percakapan yang panjang antara Bujang dan Diego.
Disetiap pertemuan,pasti ada perpisahan. [Halaman 267]
Terlepas dari misi seorang Bujang, saya suka pada bagian ketika pertarungannya dengan Maria. Beberapa kali saya tertawa sendiri ketika Salonga dan ayah Maria-Otets membicarakan tentang putrinya. Sisi romance seorang Tere Liye hadir memberikan bumbu pada novel ini. Walaupun sebenarnya kisah Samad dan Catrina sudah cukup penuh drama. Saya berharap pada buku selanjutnya penulis akan memberikan bagian untuk kisah Bujang dan Maria.
Saya selesai dengan novel ini. Ending yang menggantung. Konflik yang selesai dengan kehadiran Basyir, dan masih banyak tanda tanya dalam pikiran saya. Baiklah, saya memberikan 3/5 bintang untuk novel ini.
Selamat membaca!
Tetap Membumi.
No comments:
Post a Comment