Pages

August 1, 2013

[Review] First Time In Beijing #RiawaniElyta

    Hari ini cuaca di luar rumah sungguh terik. Bahkan aku ragu keluar sekedar menyaksikan hiruk pikuk kendaraan. Alih-alih menghilangkan rasa bosan, aku akan bercerita tentang novel yang beberapa hari lalu selesai kubaca. Aku tidak menyebut tulisan ini sebagai resensi. Hanya tulisan dengan caraku bercerita, berbagi apa yang ada dalam novel ini. ^ ^

“First Time In Beijing” itulah judul novel yang tanpa sengaja terbeli olehku. Novel yang ditulis oleh Riawani Elyta dengan setting di Beijing membuatku tertarik membelinya. Oke, mungkin itu alasan pertamaku membelinya. Aku mengitari rak demi rak tanpa merasa lelah, padahal saat itu aku tengah berpuasa (tentu saja, jika sudah berada di toko buku, semuanya LUPA  -____-). Lalu, langkahku terhenti pada deretan buku dengan label Setiap Tempat Punya Cerita. Aku masih ingat, di sana berjejer tiga buah novel dengan label yang sama.

Last Minute in Manhattan berada di sebelah kanan, Barcelona Te Amo di tengah-tengah, dan tepat di sebelah kiri terpajang First Time in Beijing. Awalnya aku tertarik pada novel Last Minute in Manhattan, membaca sinopsisnya, dan dengan santai meletakkannya kembali pada rak (tanpa tertarik sedikitpun. Aku tidak tahu alasannya ^ ^). Mataku terarah pada novel milik Riawani Elyta (langsung pada novel tersebut, tanpa melihat novel di tengah-tengahnya. Barcelona Te Amo—aku sudah membacanya setengah bab di gramedia, dan tidak tertarik. hehe). 
Aku mengambil novelnya, membaca sinopsisnya yang membuatku penasaran mengintip lebih jauh halamannya. Sayangnya, tidak ada satupun segel plastik yang terbuka :) . Berhubung sedang menjalankan ibadah puasa, aku tidak berniat untuk ilegal di gramedia. You know what?? Hahaha. Finally.. I bought this novel ^^
Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis bernama Lisa. Lisa adalah gadis perawakan Indonesia dan China. Sejak perceraian antara Ibu dan Ayahnya, ia dan Ibunya memutuskan untuk meneruskan hidup di Indonesia, sekaligus tinggal di negara kelahiran ibunya. Namun, ketika ibunya menghadap Sang Pencipta, semuanya berubah, semuanya melahirkan kehidupan baru untuknya. Ia kembali tinggal bersama Ayahnya di Beijing. 

Pada awal membaca novel ini, jujur aku BOSAN. Mungkin karena alurnya yang terlalu lambat, atau mungkin interaksi antar tokoh yang tidak begitu kusukai. Awal bab hanya bercerita tentang pertemuan Lisa dengan Ayahnya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Setelah itu dilanjutkan dengan kisah dalam keluarga ayahnya—Keluarga Shan. Dalam cerita disebutkan bahwa ayahnya kembali menikah dengan wanita bernama Vivian, dan membuat Lisa memiliki saudara tiri bernama Kie Ce, Lee, dan Hui Ying. Di sinilah letak kebosananku pada novel ini. Interaksi antar keluarga tidak mendapatkan simpati di hatiku (ceilee).

Tetapi ketika memasuki bab perkenalan Lisa dengan Restoran Shan—milik ayahnya, aku merasa cerita dalam novel mulai hidup. Lisa mendapatkan ultimatum bahwa ia harus bisa memasak sekaligus menjadi koki pengganti restoran Shan yang meninggalkan restoran karena iming-iming gaji lebih besar di tempat lain. Lisa belajar keras, bahkan membuat jurnal tentang ia belajar memasak. Selama ia bertugas di restoran—belajar memasak, ia dibantu dengan Daniel—salah satu koki kepercayaan ayahnya. Ia terus belajar hingga suatu hari ia mampu menjadi koki yang diinginkan ayahnya.


 Menurutku hanya itu cerita tentang novel ini, ditambah dengan bumbu-bumbu romance yang tidak terlalu diperlihatkan—tentang Lisa dan Daniel. Tidak hanya itu, novel ini juga menghadirkan sosok Alex—orang Indonesia yang berkerja sebagai tour guide, dan menjadi sahabat untuk Lisa.
Aku tidak tau harus menceritakan apalagi tentang novel ini, but at least I think this novel is good to read. Novel ini banyak mengajarkan tentang kerja keras dan perjuangan untuk meraih apa yang diinginkan. Aku akui, novel ini memang layak untuk mendapat applause dari segi sisi kerja kerasnya. Dan.. satu lagi, aku juga menyukai tentang penuturan Daniel, bahwa tidak selamanya tiga kata yang ia maksud mungkin I love you harus mewakili perasaan setiap manusia. Tidak harus tiga kata itu setiap orang harus mengungkapkannya. Setiap orang punya cara tersendiri untuk memperlihatkan rasa sayangnya bukan?? Nah, aku menyimpulkan seperti itu. Dan.. aku menyukainya. Karena kalimat Daniel itu menyadarkan akan ketulusan. Bukan begitu?? ^ ^

“Terkadang, aku iri dengan kalian, yang cukup bilang ‘ya’ atau ‘tidak’ jika seseorang bilang suka. Asal kamu tahu, tidak semua lelaki merasa mudah saat harus mengatakan Wo ai ni—I love you.”—Daniel 

“Sampai hari ini aku tak pernah bisa mengatakannya. Tentang tiga kata itu. Cincin ini penggantinya.”—Daniel. 

Setelah membaca tulisanku dari atas, aku benar-benar bingung harus menceritakan tentang novel ini. Pastinya, aku menyarankan untuk setiap pembaca agar dengan senang hati membaca novel ini. Sekedar reccomended saja. Hehe, oke guys selamat mempertimbangkan. Berikut beberapa kata-kata yang membuatku tersentuh beberapa saat selama membaca novel ini ^ ^

“—Kalau kita bisa menyukai dan mencintai, itu akan membuat kita bisa lebih cepat belajar. Kamu masih muda, jangan sia-siakan waktumu untuk sesuatu yang tak kamu sukai. Nanti kamu bisa ketinggalan dengan teman-temanmu yang bisa berlari lebih kencang karena mereka sudah berada pada jalur yang tepat.”—Daniel 

“Aku percaya, impian adalah wujud prasangka manusia pada Tuhan. Suatu hari nanti, Tuhan pasti akan mendekatkan kita pada impian itu, sepanjang kita pun berusaha keras untuk meraihnya.”—Lisa 

“Saat pahitnya kenyataan itu mengitariku dari segenap arah, aku hanya punya satu pilihan : menjalaninya.” – Lisa 

“Kesulitan seharusnya mendorong kita untuk menaklukkannya bukannya malah membuat kita menyerah.”—Daniel 

“Bagaimanapun, kesetiaan tetap membutuhkan kerikil, bukan? Agar kita tahu apakah hanya karena satu kerikil itu, bisa menghancurkan kesetiaan yang sudah dipupuk bertahun- tahun.”—Tuan Shan

“Waktu memang selalu berputar  lebih cepat dari kesadaran kita. Tapi , kamu percaya, kan? Kalau kekuatan cinta bisa membuat hal-hal tak terduga bisa terjadi di muka bumi?”—Alex

Pada ending cerita novel ini, menurutku tidak dijelaskan bagaimana akhirnya. Entah itu Happy ending atau Sad ending. Tetapi menurut kesimpulanku, bahwa kisah novel ini berakhir dengan Happy Ending ^ ^

“Tuhan, kumohon panjangkan usia Tuan Shan, berkahi dia dengan kesehatan agar dia bisa melihat dan memberi kesempatan untukku membahagiakan Lisa. Selamanya.” – Daniel 


2 comments:

  1. Saya suka banget sama novel ini, terutama pada bagian Daniel dan Lisa.Meskipun novel ini sudah lama terbit, tapi sampai sekarang saya masih suka baca berulang - ulang, pengen banget ada kelanjutannya 🥰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama. Saya juga suka dengan novelnya. Setiap alur ceritanya terasa pas sehingga tidak terkesan drama dalam hubungan mereka :D
      Terimakasih telah berkunjung di blog saya, dan salam kenal :)

      Delete