Hari ini cuaca di luar
rumah sungguh terik. Bahkan aku ragu keluar sekedar menyaksikan hiruk pikuk
kendaraan. Alih-alih menghilangkan rasa bosan, aku akan bercerita tentang novel
yang beberapa hari lalu selesai kubaca. Aku tidak menyebut tulisan ini sebagai resensi.
Hanya tulisan dengan caraku bercerita, berbagi apa yang ada dalam novel ini. ^
^
“First Time In Beijing”
itulah judul novel yang tanpa sengaja terbeli olehku. Novel yang ditulis oleh
Riawani Elyta dengan setting di
Beijing membuatku tertarik membelinya. Oke, mungkin itu alasan pertamaku
membelinya. Aku mengitari rak demi rak tanpa merasa lelah, padahal saat itu aku
tengah berpuasa (tentu saja, jika sudah berada di toko buku, semuanya LUPA -____-). Lalu, langkahku terhenti pada
deretan buku dengan label Setiap Tempat
Punya Cerita. Aku masih ingat, di sana berjejer tiga buah novel dengan
label yang sama.
Last Minute in Manhattan berada di sebelah kanan, Barcelona Te Amo di tengah-tengah, dan tepat di sebelah kiri terpajang First Time in Beijing. Awalnya aku tertarik pada novel Last Minute in Manhattan, membaca sinopsisnya, dan dengan santai meletakkannya kembali pada rak (tanpa tertarik sedikitpun. Aku tidak tahu alasannya ^ ^). Mataku terarah pada novel milik Riawani Elyta (langsung pada novel tersebut, tanpa melihat novel di tengah-tengahnya. Barcelona Te Amo—aku sudah membacanya setengah bab di gramedia, dan tidak tertarik. hehe).
Last Minute in Manhattan berada di sebelah kanan, Barcelona Te Amo di tengah-tengah, dan tepat di sebelah kiri terpajang First Time in Beijing. Awalnya aku tertarik pada novel Last Minute in Manhattan, membaca sinopsisnya, dan dengan santai meletakkannya kembali pada rak (tanpa tertarik sedikitpun. Aku tidak tahu alasannya ^ ^). Mataku terarah pada novel milik Riawani Elyta (langsung pada novel tersebut, tanpa melihat novel di tengah-tengahnya. Barcelona Te Amo—aku sudah membacanya setengah bab di gramedia, dan tidak tertarik. hehe).
Aku
mengambil novelnya, membaca sinopsisnya yang membuatku penasaran mengintip
lebih jauh halamannya. Sayangnya, tidak ada satupun segel plastik yang terbuka :) .
Berhubung sedang menjalankan ibadah puasa, aku tidak berniat untuk ilegal di
gramedia. You know what?? Hahaha. Finally.. I bought this novel ^^
Novel ini bercerita
tentang kehidupan seorang gadis bernama Lisa. Lisa adalah gadis perawakan
Indonesia dan China. Sejak perceraian antara Ibu dan Ayahnya, ia dan Ibunya
memutuskan untuk meneruskan hidup di Indonesia, sekaligus tinggal di negara
kelahiran ibunya. Namun, ketika ibunya menghadap Sang Pencipta, semuanya berubah,
semuanya melahirkan kehidupan baru untuknya. Ia kembali tinggal bersama Ayahnya
di Beijing.
Pada awal membaca novel
ini, jujur aku BOSAN. Mungkin karena
alurnya yang terlalu lambat, atau mungkin interaksi antar tokoh yang tidak
begitu kusukai. Awal bab hanya bercerita tentang pertemuan Lisa dengan Ayahnya setelah
bertahun-tahun tidak bertemu. Setelah itu dilanjutkan dengan kisah dalam
keluarga ayahnya—Keluarga Shan. Dalam
cerita disebutkan bahwa ayahnya kembali menikah dengan wanita bernama Vivian,
dan membuat Lisa memiliki saudara tiri bernama Kie Ce, Lee, dan Hui Ying.
Di sinilah letak kebosananku pada novel ini. Interaksi antar keluarga tidak
mendapatkan simpati di hatiku (ceilee).
Tetapi ketika memasuki
bab perkenalan Lisa dengan Restoran Shan—milik
ayahnya, aku merasa cerita dalam novel mulai hidup. Lisa mendapatkan ultimatum bahwa
ia harus bisa memasak sekaligus menjadi koki pengganti restoran Shan yang meninggalkan restoran karena
iming-iming gaji lebih besar di tempat lain. Lisa belajar keras, bahkan membuat
jurnal tentang ia belajar memasak. Selama ia bertugas di restoran—belajar
memasak, ia dibantu dengan Daniel—salah satu koki kepercayaan ayahnya. Ia terus
belajar hingga suatu hari ia mampu menjadi koki yang diinginkan ayahnya.
Menurutku hanya itu cerita tentang novel ini,
ditambah dengan bumbu-bumbu romance
yang tidak terlalu diperlihatkan—tentang Lisa dan Daniel. Tidak hanya itu, novel
ini juga menghadirkan sosok Alex—orang Indonesia yang berkerja sebagai tour guide, dan menjadi sahabat untuk
Lisa.
Aku tidak tau harus
menceritakan apalagi tentang novel ini, but
at least I think this novel is good to
read. Novel ini banyak mengajarkan tentang kerja keras dan perjuangan untuk
meraih apa yang diinginkan. Aku akui, novel ini memang layak untuk mendapat applause dari segi sisi kerja kerasnya.
Dan.. satu lagi, aku juga menyukai tentang penuturan Daniel, bahwa tidak
selamanya tiga kata yang ia maksud mungkin I
love you harus mewakili perasaan setiap manusia. Tidak harus tiga kata itu
setiap orang harus mengungkapkannya. Setiap orang punya cara tersendiri untuk
memperlihatkan rasa sayangnya bukan?? Nah, aku menyimpulkan seperti itu. Dan..
aku menyukainya. Karena kalimat Daniel itu menyadarkan akan ketulusan. Bukan
begitu?? ^ ^
“Terkadang,
aku iri dengan kalian, yang cukup bilang ‘ya’ atau ‘tidak’ jika seseorang
bilang suka. Asal kamu tahu, tidak semua lelaki merasa mudah saat harus
mengatakan Wo ai ni—I love you.”—Daniel
“Sampai
hari ini aku tak pernah bisa mengatakannya. Tentang tiga kata itu. Cincin ini
penggantinya.”—Daniel.
Setelah membaca
tulisanku dari atas, aku benar-benar bingung harus menceritakan tentang novel
ini. Pastinya, aku menyarankan untuk setiap pembaca agar dengan senang hati
membaca novel ini. Sekedar reccomended saja.
Hehe, oke guys selamat mempertimbangkan. Berikut beberapa kata-kata yang
membuatku tersentuh beberapa saat selama membaca novel ini ^ ^
“—Kalau
kita bisa menyukai dan mencintai, itu akan membuat kita bisa lebih cepat
belajar. Kamu masih muda, jangan sia-siakan waktumu untuk sesuatu yang tak kamu
sukai. Nanti kamu bisa ketinggalan dengan teman-temanmu yang bisa berlari lebih
kencang karena mereka sudah berada pada jalur yang tepat.”—Daniel
“Aku
percaya, impian adalah wujud prasangka manusia pada Tuhan. Suatu hari nanti,
Tuhan pasti akan mendekatkan kita pada impian itu, sepanjang kita pun berusaha
keras untuk meraihnya.”—Lisa
“Saat
pahitnya kenyataan itu mengitariku dari segenap arah, aku hanya punya satu
pilihan : menjalaninya.” – Lisa
“Kesulitan
seharusnya mendorong kita untuk menaklukkannya bukannya malah membuat kita
menyerah.”—Daniel
“Bagaimanapun,
kesetiaan tetap membutuhkan kerikil, bukan? Agar kita tahu apakah hanya karena
satu kerikil itu, bisa menghancurkan kesetiaan yang sudah dipupuk bertahun-
tahun.”—Tuan Shan
“Waktu
memang selalu berputar lebih cepat dari
kesadaran kita. Tapi , kamu percaya, kan? Kalau kekuatan cinta bisa membuat
hal-hal tak terduga bisa terjadi di muka bumi?”—Alex
Pada ending cerita novel ini, menurutku tidak
dijelaskan bagaimana akhirnya. Entah itu Happy
ending atau Sad ending. Tetapi
menurut kesimpulanku, bahwa kisah novel ini berakhir dengan Happy Ending ^ ^
“Tuhan,
kumohon panjangkan usia Tuan Shan, berkahi dia dengan kesehatan agar dia bisa
melihat dan memberi kesempatan untukku membahagiakan Lisa. Selamanya.” – Daniel
Saya suka banget sama novel ini, terutama pada bagian Daniel dan Lisa.Meskipun novel ini sudah lama terbit, tapi sampai sekarang saya masih suka baca berulang - ulang, pengen banget ada kelanjutannya 🥰
ReplyDeleteSama. Saya juga suka dengan novelnya. Setiap alur ceritanya terasa pas sehingga tidak terkesan drama dalam hubungan mereka :D
DeleteTerimakasih telah berkunjung di blog saya, dan salam kenal :)