Pernahkah berpikir bahwa
terkadang hidup itu memang demikian singkatnya?
Pernahkah sejenak berpikir,
bahwa rasa sesal itu selalu datang terlambat?
Iya, begitulah hidup adanya.
Priceless Moment – Novel
karangan Prisca Primasari sukses meracik indahnya kehidupan antara Ayah dan
Anak.
Priceless Moment adalah novel
kelima dari Prisca Primasari yang berhasil kubaca setelah : Éclair: Pagi Terakhir di Rusia, Paris:
Aline, Evegreen, dan Kastil dan Air Mancur yang Berdansa. Sejak membaca
novel Éclair: Pagi Terakhir di Rusia, aku
menyukai novel-novel Prisca. Setiap novel yang disuguhkan olehnya, seolah-olah
mempunyai daya magis tersendiri.
Seperti yang kukatakan
sebelumnya, novel ini menceritakan kisah antara ayah dan anak. Dalam novel ini,
diceritakan seorang laki-laki dengan profesi yang sangat menjanjikan bernama
Yanuar. Dalam penggambarannya, ia adalah lelaki dengan kegigihan yang tinggi,
sangat pekerja keras. Yanuar, dengan kesibukan pekerjaannya tanpa ia sadari
telah kehilangan satu-persatu moment terbaik antara ia dengan istri, dan kedua
anaknya.
Begitulah hidup, setelah
kehilangan barulah menyadari betapa berharganya orang yang dicintai.
Itulah yang dirasakan Yanuar.
Ia kehilangan orang yang teramat dicintainya—istrinya, dan harus memupuk rasa
sesal yang teramat dalam. Ia tidak sempat menghabiskan waktu lebih banyak
dengannya, membahagiakannya bukan dengan materi, tetapi dengan waktu dan kasih
sayang.
Kehidupan Yanuar perlahan
berubah sepeninggal istrinya. Membesarkan dua orang anaknya—Hafsha dan Feru,
dan perlahan ada perasaaan ia ingin memperbaiki waktu terbaik yang terbuang
dahulunya. Waktu terbaik untuk membesarkan anak-anaknya.
Secara keseluruhan novel ini
banyak memberikan pembelajaran yang berarti. Bahwa kebahagiaan itu tidak
terletak pada materi. Kebahagian itu terletak pada waktu.
Bagaimana waktu dapat membuat kasih sayang itu semakin erat. Hakikatnya,
seorang anak hanya perlu orangtuanya tetap berada di sisinya, membesarkannya
dengan baik, meluangkan setiap waktu untuknya. Setidaknya sebagai tameng
untuknya dikala suka dan duka. Bukankah itu hakikat yang sesungguhnya? Seperti
itulah novel ini menyuguhkan kisahnya. Manis dan mengharukan.
Walaupun menceritakan tentang
ayah dan anak, novel ini tidaklah membosankan. Penulis mampu membangun alur
yang baik, pemilihan kata-kata yang teramat rapi, dan seperti biasa, Prisca
selalu menyisipkan tentang cerita-cerita klasik yang menjadi ciri khasnya.
Setting tempat yang digunakan
oleh penulis juga berbeda dari novel-novel sebelumnya yang selalu mengambil
tempat di luar Indonesia. Tetapi kali ini, penulis mengambil dengan latar
Indonesia dan Jerman.
Adakah kisah romantisme dalam
novel ini? Tentu ada. Tetapi secara keseluruhan, romantisme ini hanya pelengkap
dari novel ini. Penulis lebih memfokuskan cerita antara ayah dan anak, bukan
dengan gadis bernama Lieselotte—karyawan baru di kantornya.
Pada akhirnya, aku sangat
menyukai novel ini dengan 4/5 bintang untuk novel ini.
Klik di sini untuk rating
goodreads.
No comments:
Post a Comment