Telah lama aku ingin menuliskan
kisah tentang mereka.
Mereka—malaikat terbaik yang
dititipkan Sang Kuasa untukku.
Mereka—pelipur lara tiada henti
untukku.
Mereka—setidaknya memberiku
kesempatan untuk membalas, dan mengabdikan hidupku untuk mereka.
Siapa mereka? Manusia-manusia
tangguh yang Allah berikan padaku.
Bismillah, semoga Allah selalu
menjaga mereka dalam keadaan apapun, bahkan saat aku tak lagi bersama mereka
nantinya. Jaga mereka, sebagaimana mereka menjagaku selama ini. Dan, tinggikan
derajat mereka akan amanah yang telah mereka pikul sedari dulu untuk mendidikku
dan saudara-saudaraku. Amiin Ya Allah.
Siapa mereka?
Bayangkan, saat mereka tidak ada di
sisi, mungkin perlahan akan mulai merasa goyah.
Bayangkan, saat mereka tiba-tiba
saja menghilang, mungkin separuh hati ini juga akan ikut terbawa.
Berlebihan memang, tetapi memang
begitu adanya.
Karena mereka memang begitu
berharga.
Tidak dapat dipungkiri betapa
berharganya mereka. Saat Sang Rabb memberi kesempatan untuk sebuah nyawa, siapa
yang Allah kenalkan untuk kita, agar kita tak merasa sendiri di dunia? Mereka.
Hanya ada mereka saat itu. Lalu,
masih ragukah jikalau mereka begitu berharga?
Perlahan, waktu terus berputar dan
mengharuskan mereka akan suatu pengorbanan. Berkorban perasaan, kesehatan, dan
banyak hal. Apakah cuma itu? Tidak. Bahkan berlembar-lembar kertas takkan mampu
menuliskan segala bentuk pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Pernahkah terpikir akan hal ini?
Ketika semua orang perlahan
menghianati, ketika semua orang tak lagi mempercayai, apakah mereka tetap
tinggal? Iya. Mereka selalu di samping walaupun tak pernah diminta. Masih
ragukah mereka sangat berharga?
Saat beban masalah tak sanggup
dipikul, seakan dunia akan runtuh seketika, siapapun tak lagi peduli, apakah
mereka tetap tinggal? Iya.
Lalu, saat kebahagiaan menyelimuti,
apa yang mereka lakukan? Mereka tetap di samping, walaupun kadang kala kita
lupa akan hal ini. Betapa bahagianya mereka melihat kita bahagia, bahkan wajah
mereka nan perlahan keriputpun akan terlihat berseri-seri. Dan, terpenting
adalah pelukan mereka.
Petuah mereka seakan baterai yang
sebelumnya habis kembali terisi.
Di setiap sujud dan helaan napas
mereka, terselip doa-doa yang tak pernah disadari bahwa itu bukan untuk
dirinya.
Jangan jadikan mereka tak berharga,
tetapi muliakan mereka.
Jangan lupakan mereka. Baik buruk
di dalam diri mereka, kita tidak dapat mengelak kodrat Sang Illahi atas
kedudukan mereka.
Jadikan mereka yang utama ketika
suka dan duka perlahan mendatangi. Jangan biarkan mereka meminta, memohon agar
kita melakukan suatu hal yang mereka kehendaki. Tapi biarkan kita dengan
sendirinya paham apa yang mereka inginkan. Jangan biarkan rasa sedih hadir
untuk mereka. Jangan biarkan air mata pilu membasahi pipi mereka. Karena
kenapa?
Karena mereka selalu berusaha
menghapus rasa sedih yang kita alami, dan penghapus air mata pedih yang kita
rasakan. Percayalah. Tanpa kita katakan, mereka tahu kita menyimpan masalah.
Tanpa kita minta mereka untuk mendengarkan, mereka akan duduk manis
mendengarkan kita. Bukankah mereka tidak meminta?
Perlahan, mulailah sebelum semuanya
terlambat. Waktu itu kejam—ia tidak akan kembali berputar dengan masa-masa yang
kita inginkan.
Mulailah, mengubah niat. Jikalau
sebelumnya tak pernah terselip untuk mereka. Membahagiakan mereka segenap yang
kita mampu. Mendoakan mereka disetiap ibadah yang kita lakukan, dan berusaha
membuat mereka tetap tersenyum hingga hari tua mereka.
Dan, memang sekaranglah giliran
kita. Bagaimana pengabdian yang dapat kita berikan untuk mereka.
Jika tidak dapat memberi mereka
apa-apa, setidaknya pastikan hidup dalam jalan yang benar, sesuai dengan
kehendak Sang Pencipta. Jika semua itu belum terlaksana, tidak apa-apa.
Bukankah semua orang mempunyai banyak jalan berliku, sebelum mereka menemukan
jalan lurus menghadap Sang Pencipta? Selalu banyak hal yang kita temui sebelum
menemukan kebenaran, bukankah begitu? Tidak apa-apa, Sang Kuasa mengetahui
segalanya. Memperbaiki diri, dan Allah menyukainya. Tidak pernah ada terlambat
untuk melakukan perbaikan diri, setidaknya dengan napas yang masih melekat ini,
menandakan Sang Rabb memberikan kesempatan untuk pembenahan diri. Bukankah
begitu?
Mulailah, karena takkan pernah
terbayang jika Sang Kuasa tiba-tiba mengambil mereka, dan kita belum melakukan
apa-apa untuk mereka. Jangan biarkan penyesalanlah yang nantinya memberi
hukuman kepada kita.
Mulailah, dan Allah ridha akan hal
ini. Percayalah.
(Izinkan aku membahagiakan mereka,
dan panjangkan umur mereka, agar mereka dapat melihat bagaimana aku
membahagiakan mereka. Amiin Ya Allah.
Untuk mereka, terimakasih tetap
tinggal di sini—di hati, di kehidupan anak-anakmu. Semoga Allah senantiasa
memuliakanmu, meninggikan derajatmu, dan memberikanmu tempat terbaik di akhirat
nantinya. Amiin Ya Allah. Terimakasih, tiada tindakan paling berharga saat
pelukan dikala suka dan duka. Sekali lagi, terimakasih)
Hiks :(
ReplyDeletecieee, terharu mak e? wkwk
ReplyDelete