Pengarang : Muhammad Ali Fakih
Tahun terbit : September 2011
Penerbit : Najah
Jumlah halaman : 296 halaman
Sinopsis
Ketika mengkaji Perang Salib, tentu saja nama Shalahuddin al-Ayyubi
tak luput dari pembahasan. Ini berkat kepemimpinan, kekuatan militer, sifatnya
yang ksatria, bijaksana, serta pengampun saat ia berperang melawan tentara
salib. Bahkan, tentara Salib yang tertawan pun diperlakukan dengan penuh peri
kemanusiaan olehnya. Ia pun berhasil menaklukkan Jerussalem.
Selain Shalahuddin, ada pula tokoh lainnya dari kubu kristen yang
terkenal dalam Perang Salib, yakni Robert II of Flander, yang berhasil
menaklukkan Jerussalem 15 Juli 1099 M. Ini merupakan prestasi terbesarnya.
Tentunya, ada banyak
tokoh lainnya yang masyhur dalam Perang Salib, baik dari kubu Islam maupun
Kristen. Misalnya dari kubu Islam, dikenal Asaduddin Shirkuh, Imaduddin Zanky,
Al-Ashraf Khalil, dan lain-lain. Sementara itu, dari kubu Kristen, dikenal
Urbanus II, Petrus Hermit, Richard the Lionheart, dan lain sebagainya. Semua
tokoh luar biasa itulah yang dikisahkan secara apik di buku ini. Berbagai
strategi peperangan sekaligus pencapaian dan kegagalan mereka dalam Perang
Salib dituturkan komplet di sini.
***
Buku kedua yang saya baca di tahun ini. Walaupun
membacanya bagaikan siput, saya berusaha untuk tetap menyelesaikannya. Saat
duduk di bangku SMP tepatnya kelas 8, entah kenapa saya suka dengan pelajaran
sejarah—terutama yang berhubungan dengan Perang Salib. Saya mencoba untuk
mencari tau lebih banyak tentang Perang Salib meskipun di dalam buku
dijelaskan. Hanya saja, rasa ingin tau lebih besar kala itu. Lalu di awal tahun
2012, tanpa sengaja saya menemukan buku ini. Saya membelinya karena salah
satu tokohnya terdengar tak asing bagi saya. Waktu itu sedang booming sekali permainan Stronghold Crusader yang karakter
tokohnya adalah para pejuang Perang Salib (saudara saya dulunya hobi sekali
bermain ini). Tetapi, kebiasaan menimbun buku tidak pernah berubah hingga
sekarang. Bayangkan, saya membelinya di tahun 2012 dan baru selesai membacanya
di tahun 2018. Meskipun begitu, saya bersyukur menyelesaikannya dengan baik
karena ternyata ada pengetahuan yang saya peroleh.
Buku ini mengisahkan tentang tokoh-tokoh Perang
Salib Paling Fenomenal. Penulis membaginya menjadi dua bagian: kubu islam dan
kubu kristen. Pada bagian pertama penulis memaparkan tokoh-tokoh dari kubu
islam, salah satunya seperti Imaduddin Zanky, Nuruddin Mahmud, Shalahuddin
Al-ayyubi, Bayazid Yildrim, dan terdapat 10 tokoh lainnya. Bagian pendahuluan,
penulis menjelaskan tentang garis besar Perang Salib, sehingga pembaca dapat
mengerti alur cerita dari perang yang terjadi selama 2 abad tersebut.
Perang Salib terjadi karena adanya perebutan
wilayah Jerussalem yang dianggap sebagai kota suci bagi umat muslim, nasrani,
dan yahudi. Pemicu terjadinya Perang Salib yaitu perluasan daerah kekuasaan dan
kesalahpahaman yang ditimbulkan dari pihak kristen.
“Shalahuddin al-Ayyubi sudah menyangka bahwa mereka akan mengkhianati
perjanjian. Maka, hal ini akan menjadi alasan baginya untuk melancarkan
serangan. Oleh karena itu, ia telah membuat persiapan secukupnya. Menurut ahli
sejarah Prancis yang bernama Michaud, kaum muslimin memegang teguh
perjanjiannya, sedangkan golongan nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi
peperangan.”
–halaman 92.
“Al-ashraf Khalil mengirim utusan untuk bernegosiasi dengan Peter de
Severy, penguasa Templar. Tetapi utusan itu justru dibunuh oleh Peter. Theobald
Gaudin, penguasa baru Palestina, meninggalkan Sidon dengan beberapa orang
setelah mencuri harta kekayaan templar. Peter yang merasa dikhianati oleh
koleganya sendiri datang ke Al-ashraf Khalil untuk menegaskan negosiasi yang
pernah diajukannya dulu. Tetapi Al-ashraf Khalil justru menangkap Peter dan
mengeksekusinya karena sakit hati atas sikap Peter terhadap utusannya beberapa
hari lalu.” –halaman
140.
Petrus Hermit merupakan salah seorang pemicu
terjadinya Perang Salib pada mulanya. Dia dan jemaatnya mencoba berziarah ke
Jerussalem, tapi pengakuannya kepada Paus Urbanus II bahwa dia dicegah oleh
tentara muslim serta jemaatnya disiksa dan dibunuh. Pengakuan yang belum diketahui
kebenarannya ini membuat Paus Urbanus II marah. Dia menyampaikan pidato kepada
seluruh umat kristen serta menyatakan perang kepada kaum muslimin. Selain
Petrus Hermit, Alexius I Comnenus juga melakukan hal yang sama untuk memicu
terjadinya Perang Salib. Dia menyampaikan kepada Paus bahwa banyak peziarah
yang dibunuh serta Jerussalem telah dinodai kesuciannya oleh kaum Seljuk.
Walaupun tidak begitu detail dijelaskan tentang
masing-masing tokoh, tapi setelah membacanya saya memperoleh beberapa
pengetahuan. Salah satu tokoh Perang Salib yang terkenal dari pihak islam
adalah Shalahuddin al-Ayyubi. Ternyata keluarga Shalahuddin adalah orang-orang
penting dalam Perang Salib. Shalahuddin adalah keponakan dari Asaduddin
Shirkuh—Panglima Perang Muslim terbesar. Lalu, ayahnya serta saudara-saudaranya
juga turut serta dalam Perang Salib.
Selain Shalahuddin ada tokoh yang dijuluki
sebagai panglima besar kaum muslimin setelah Shalahuddin al-Ayyubi yaitu
Al-Ashraf Khalil. Dia melakukan penaklukan besar-besaran hingga pihak kristen
menganggap perjuangan mereka sia-sia selama 200 tahun. Meskipun begitu, Al-Ashraf
Khalil banyak bertindak kontroversial sehingga tidak disukai oleh orang-orang di
sekelilingnya. Dia memberhentikan sultan-sultan dan menggantikannya dengan
sultan-sultan baru yang lebih tunduk kepadanya.
Secara keseluruhan buku ini telah disusun dengan
baik. Penyajian tokoh-tokoh dari awal saling berkesinambungan, sehingga pembaca
tidak bingung ketika ada keterkaitan tokoh yang diceritakan dengan yang
sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan disajikan lebih dahulu Paman dari
Shalahuddin—Asasuddin Shirkuh.
“Jasa-jasa Asasuddin Shirkuh bagi kebangkitan kaum muslimin (yang
sewaktu itu hampir mencapai puncaknya), serta penaklukkannya terhadap tentara
salib yang rata-rata menuai kemenangan tidak akan pernah terlupakan, terutama
kegigihannya dalam mendidik Shalahuddin al-ayyubi sebagai pribadi yang kelak
sungguh mengagumkan.” –halaman 74.
Saya kurang nyaman ketika menemukan kata yang
dimiringkan, tapi tidak terdapat footnote
dari kata tersebut salah satunya: wazir.
Saya menemukan kata wazir
dituliskan oleh penulis berulang kali pada buku ini. Saya mengira akan
menemukan penjelasannya pada halaman terakhir—seperti buku pada umumnya, tapi
ternyata tidak. Selain itu, saya melihat penulis mengambil sumber rujukan dari
beberapa buku dan lebih dominan merujuk dari wikipedia. Bagi saya pribadi, mengambil dari internet terutama wikipedia agak sedikit berisiko.
Pertanggungjawaban akan kebenaran informasi tidak dapat dipastikan ketimbang
mengambilnya dari buku.
Ada beberapa bagian pada tokoh yang menurut saya
ganjil. Saya belum tau kondisi umat muslim pada zaman itu. Tapi penulis
menceritakan ada tokoh dari pihak muslim yang suka minum-minum dan melakukan
tindakan yang tidak sesuai syariat islam. Apakah benar demikian? Saya masih
mempertanyakannya dan mencari tau kebenarannya. Pada kisah tokoh Bayazid
Yildrim saya juga menemukan keganjilan. Dia berasal dari pihak islam namun
berkeinginan untuk melakukan sesuatu di kebun gereja St. Peters. Apakah semua
tokoh dari pihak islam merupakan muslim? Itu pertanyaan kedua di pikiran saya.
“Impian besarnya ialah membalas ekspedisi pasukan Perang Salib I ke
Jerussalem dengan ekspedisi besar-besaran pula ke Eropa, terutama ke Prancis,
untuk ditaklukannya, namun tidak kesampaian. Keinginannya menyenangkan
kuda-kudanya di altar dan kebun gereja St. Peters pun tidak dapat diwujudkan.”—halaman 154.
Meskipun begitu, saya tetap memperoleh
pengetahuan setelah membacanya. Saya baru menyadari bahwa Hassasin atau Assasin
adalah kelompok islam yang didirikan oleh Hasan al-Sabbah. Kelompok tersebut
dianggap sebagai kelompok teroris pertama di dunia. Awalnya saya mengira kata Hassasin digeneralisasikan sebagai
seorang ninja dari negeri Sakura, tapi ternyata saya salah. Hassasin adalah cabang dari Islam Syi’ah
Ismailiyah yang daerah kekuasaannya mencakup Irak, Iran, Syria, dan Lebanon.
Kedudukan Hassasin pada Perang Salib
tidak dapat dikatakan berada pada kubu islam maupun kristen, karena mereka
pernah membunuh pemimpin utama Perang Salib dari kedua kubu.
Selain itu, saya menemukan kata nazareth. Nazareth adalah salah satu
grup band ternama tahun 90-an (mungkin). Ternyata nazareth (An-Nashirah)
merupakan gereja sakral yang dihancurkan oleh Al-malik al-Zhahir Baybar. Baybar
adalah pahlawan selama berabad-abad terutama di Mesir dan Suriah, namun dia
dicerca dan dicaci maki oleh pihak kristen. Sebab, dia telah menghancurkan
tempat suci Jerussalem dan membantai sekaligus mengusir penduduk kristen.
Saya terkesan dengan tokoh Guy de Lusignan dari
pihak kristen. Bukan karena kepahlawannya, namun karena kebijaksanaannya. Guy
de Lusignan memutuskan untuk gencatan senjata selama 2 tahun dengan pihak
Shalahuddin Al-Ayyubi karena kondisi kesehatan Baldwin IV menurun tajam.
Setelah dia menjadi Raja Jerussalem, Guy de Lusignan mencoba untuk mengepung
Shalahuddin al-Ayyubi namun gagal. Guy dan pasukan ditawan oleh pihak
Shalahuddin. Shalahuddin terkenal dengan sifat pemurah kepada tawanan. Dia
memberikan makanan dan minuman secukupnya kepada Guy. Saya terkesan dengan
kalimat yang dilontarkan oleh Shalahuddin: Seorang
raja tidak pantas membunuh raja. Di timur Guy de Lusignan dikenal sebagai
raja yang bijaksana dan suka berdamai dengan musuh. Sedangkan di Barat, dia
dihujat karena telah menyerahkan Jerussalem kepada kaum muslim.
Richard the Lionheart—Panglima Terbesar Pasukan
Salib diibaratkan seperti Hitler pada masa NAZI. Dia membasmi pemeluk Yahudi
Inggris atau memaksa mereka untuk dibaptis sebagai pemeluk Kristen. Sejarawan
menyebutkan orang Yahudi dicambuk dan dilemparkan ke penjara tanpa alasan.
Tidak semua dari pihak kristen berniat untuk
berperang dengan pertumpahan darah. Frederick II merupakan tokoh yang paling
dihujat oleh kaum kristen. Dia mengambil jalur negosiasi dengan Al-Kamil.
Perjanjian tersebut dikenal sebagai Restitusi Jerusalem yang berisi bahwa
Masjid Jerussalem tetap menjadi kendali kaum muslim, sedangkan kaum Kristen
diperbolehkan berziarah ke Jerussalem. Frederick II merupakan pemrakarsa
terjadinya Perang Salib VI yang berjalan damai serta orang pertama yang berani
menyerang Gereja Agung Roma. Frederick II sangat dikenang oleh umat muslim karena
mendukung dunia sosial kaum muslimin dan banyak membangun masjid.
Tokoh terakhir yang diceritakan dari pihak
Kristen yaitu Vlad Dracula III. Awalnya saya mengira bahwa Dracula adalah tokoh
mitologi dari barat. Ternyata Dracula memang hadir sebagai tokoh Perang Salib
yang ‘haus darah’. Tidak aneh, jika Dracula digambarkan sebagai makhluk
penghisap darah manusia. Pada Perang Salib, Dracula membunuh ratusan orang, baik
muslim maupun rakyatnya sendiri yang membangkang.
“…tubuh-tubuh mereka ditancapkan di sebatang kayu, lalu kayu itu
ditanam sedemikian rupa sehingga tumpukan tusukan tubuh-tubuh tersebut menjadi
semacam hutan mayat. Konon, prosesi itu dilakukannya ketika Dracula
menginginkan kekuatannya kembali. Dilihatnya darah-darah yang mengucur dari tubuh-tubuh
itu, dijilatinya, dan terkadang ia memandikan tubuhnya dengan darah tersebut.” –halaman 284.
Terakhir kali, saya akan senang jika ada yang
berkeinginan untuk membaca buku serupa tentang Perang Salib. Buku ini memiliki
kelebihan terlepas dari segala kekurangannya, karena saya memahami bahwa
menulis adalah proses yang sangat panjang. Barangkali buku ini tidak lagi
ditemukan di pasaran, dan karena itu saya berbagi lebih banyak. Bukan apa-apa,
tidak mengetahui sejarah dengan cukup baik membuat saya miskin ilmu. Terutama
sekali tentang islam. Jika dahulu saya menganggap sejarah hanyalah hafalan
semata, maka kali ini saya salah. Saya memperoleh sesuatu melalui sejarah:
pengetahuan.
Ini adalah kali pertama saya menulis review buku
non fiksi dengan cukup panjang. Saya mengendapkan tulisan ini berhari-hari
sebelum akhirnya terpublish. Saya
berusaha untuk menulis review setiap buku yang saya baca. Harapannya adalah
setidaknya saya punya catatan kecil tentang bacaan sendiri. Saya memberikan 3/5
bintang untuk buku ini. Setelah ini, saya berencana untuk membaca buku The Chronicles of Ghazi karya Felix
Siauw. Mungkin rasa penasaran akan lebih terobati setelah itu. Berhubung buku
tersebut belum saya beli, saya akan menyelesaikan membaca Teach Like Finland lebih dahulu.
Ah ya, selamat membaca!
Salam.
|
No comments:
Post a Comment