Pages

February 10, 2018

[Review] Tokoh-Tokoh Perang Salib Paling Fenomenal #Muhammad Ali Fakih


Pengarang : Muhammad Ali Fakih
Tahun terbit : September 2011
Penerbit : Najah
Jumlah halaman : 296 halaman
Sinopsis
Ketika mengkaji Perang Salib, tentu saja nama Shalahuddin al-Ayyubi tak luput dari pembahasan. Ini berkat kepemimpinan, kekuatan militer, sifatnya yang ksatria, bijaksana, serta pengampun saat ia berperang melawan tentara salib. Bahkan, tentara Salib yang tertawan pun diperlakukan dengan penuh peri kemanusiaan olehnya. Ia pun berhasil menaklukkan Jerussalem.

Selain Shalahuddin, ada pula tokoh lainnya dari kubu kristen yang terkenal dalam Perang Salib, yakni Robert II of Flander, yang berhasil menaklukkan Jerussalem 15 Juli 1099 M. Ini merupakan prestasi terbesarnya.

Tentunya, ada banyak tokoh lainnya yang masyhur dalam Perang Salib, baik dari kubu Islam maupun Kristen. Misalnya dari kubu Islam, dikenal Asaduddin Shirkuh, Imaduddin Zanky, Al-Ashraf Khalil, dan lain-lain. Sementara itu, dari kubu Kristen, dikenal Urbanus II, Petrus Hermit, Richard the Lionheart, dan lain sebagainya. Semua tokoh luar biasa itulah yang dikisahkan secara apik di buku ini. Berbagai strategi peperangan sekaligus pencapaian dan kegagalan mereka dalam Perang Salib dituturkan komplet di sini.
***

Buku kedua yang saya baca di tahun ini. Walaupun membacanya bagaikan siput, saya berusaha untuk tetap menyelesaikannya. Saat duduk di bangku SMP tepatnya kelas 8, entah kenapa saya suka dengan pelajaran sejarah—terutama yang berhubungan dengan Perang Salib. Saya mencoba untuk mencari tau lebih banyak tentang Perang Salib meskipun di dalam buku dijelaskan. Hanya saja, rasa ingin tau lebih besar kala itu. Lalu di awal tahun 2012, tanpa sengaja saya menemukan buku ini. Saya membelinya karena salah satu tokohnya terdengar tak asing bagi saya. Waktu itu sedang booming sekali permainan Stronghold Crusader yang karakter tokohnya adalah para pejuang Perang Salib (saudara saya dulunya hobi sekali bermain ini). Tetapi, kebiasaan menimbun buku tidak pernah berubah hingga sekarang. Bayangkan, saya membelinya di tahun 2012 dan baru selesai membacanya di tahun 2018. Meskipun begitu, saya bersyukur menyelesaikannya dengan baik karena ternyata ada pengetahuan yang saya peroleh.

Buku ini mengisahkan tentang tokoh-tokoh Perang Salib Paling Fenomenal. Penulis membaginya menjadi dua bagian: kubu islam dan kubu kristen. Pada bagian pertama penulis memaparkan tokoh-tokoh dari kubu islam, salah satunya seperti Imaduddin Zanky, Nuruddin Mahmud, Shalahuddin Al-ayyubi, Bayazid Yildrim, dan terdapat 10 tokoh lainnya. Bagian pendahuluan, penulis menjelaskan tentang garis besar Perang Salib, sehingga pembaca dapat mengerti alur cerita dari perang yang terjadi selama 2 abad tersebut.

Perang Salib terjadi karena adanya perebutan wilayah Jerussalem yang dianggap sebagai kota suci bagi umat muslim, nasrani, dan yahudi. Pemicu terjadinya Perang Salib yaitu perluasan daerah kekuasaan dan kesalahpahaman yang ditimbulkan dari pihak kristen.

“Shalahuddin al-Ayyubi sudah menyangka bahwa mereka akan mengkhianati perjanjian. Maka, hal ini akan menjadi alasan baginya untuk melancarkan serangan. Oleh karena itu, ia telah membuat persiapan secukupnya. Menurut ahli sejarah Prancis yang bernama Michaud, kaum muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan.” –halaman 92.

“Al-ashraf Khalil mengirim utusan untuk bernegosiasi dengan Peter de Severy, penguasa Templar. Tetapi utusan itu justru dibunuh oleh Peter. Theobald Gaudin, penguasa baru Palestina, meninggalkan Sidon dengan beberapa orang setelah mencuri harta kekayaan templar. Peter yang merasa dikhianati oleh koleganya sendiri datang ke Al-ashraf Khalil untuk menegaskan negosiasi yang pernah diajukannya dulu. Tetapi Al-ashraf Khalil justru menangkap Peter dan mengeksekusinya karena sakit hati atas sikap Peter terhadap utusannya beberapa hari lalu.” –halaman 140.

Petrus Hermit merupakan salah seorang pemicu terjadinya Perang Salib pada mulanya. Dia dan jemaatnya mencoba berziarah ke Jerussalem, tapi pengakuannya kepada Paus Urbanus II bahwa dia dicegah oleh tentara muslim serta jemaatnya disiksa dan dibunuh. Pengakuan yang belum diketahui kebenarannya ini membuat Paus Urbanus II marah. Dia menyampaikan pidato kepada seluruh umat kristen serta menyatakan perang kepada kaum muslimin. Selain Petrus Hermit, Alexius I Comnenus juga melakukan hal yang sama untuk memicu terjadinya Perang Salib. Dia menyampaikan kepada Paus bahwa banyak peziarah yang dibunuh serta Jerussalem telah dinodai kesuciannya oleh kaum Seljuk.

Walaupun tidak begitu detail dijelaskan tentang masing-masing tokoh, tapi setelah membacanya saya memperoleh beberapa pengetahuan. Salah satu tokoh Perang Salib yang terkenal dari pihak islam adalah Shalahuddin al-Ayyubi. Ternyata keluarga Shalahuddin adalah orang-orang penting dalam Perang Salib. Shalahuddin adalah keponakan dari Asaduddin Shirkuh—Panglima Perang Muslim terbesar. Lalu, ayahnya serta saudara-saudaranya juga turut serta dalam Perang Salib.

Selain Shalahuddin ada tokoh yang dijuluki sebagai panglima besar kaum muslimin setelah Shalahuddin al-Ayyubi yaitu Al-Ashraf Khalil. Dia melakukan penaklukan besar-besaran hingga pihak kristen menganggap perjuangan mereka sia-sia selama 200 tahun. Meskipun begitu, Al-Ashraf Khalil banyak bertindak kontroversial sehingga tidak disukai oleh orang-orang di sekelilingnya. Dia memberhentikan sultan-sultan dan menggantikannya dengan sultan-sultan baru yang lebih tunduk kepadanya.

Secara keseluruhan buku ini telah disusun dengan baik. Penyajian tokoh-tokoh dari awal saling berkesinambungan, sehingga pembaca tidak bingung ketika ada keterkaitan tokoh yang diceritakan dengan yang sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan disajikan lebih dahulu Paman dari Shalahuddin—Asasuddin Shirkuh.

“Jasa-jasa Asasuddin Shirkuh bagi kebangkitan kaum muslimin (yang sewaktu itu hampir mencapai puncaknya), serta penaklukkannya terhadap tentara salib yang rata-rata menuai kemenangan tidak akan pernah terlupakan, terutama kegigihannya dalam mendidik Shalahuddin al-ayyubi sebagai pribadi yang kelak sungguh mengagumkan.” –halaman 74.

Saya kurang nyaman ketika menemukan kata yang dimiringkan, tapi tidak terdapat footnote dari kata tersebut salah satunya: wazir. Saya menemukan kata wazir dituliskan oleh penulis berulang kali pada buku ini. Saya mengira akan menemukan penjelasannya pada halaman terakhir—seperti buku pada umumnya, tapi ternyata tidak. Selain itu, saya melihat penulis mengambil sumber rujukan dari beberapa buku dan lebih dominan merujuk dari wikipedia. Bagi saya pribadi, mengambil dari internet terutama wikipedia agak sedikit berisiko. Pertanggungjawaban akan kebenaran informasi tidak dapat dipastikan ketimbang mengambilnya dari buku.

Ada beberapa bagian pada tokoh yang menurut saya ganjil. Saya belum tau kondisi umat muslim pada zaman itu. Tapi penulis menceritakan ada tokoh dari pihak muslim yang suka minum-minum dan melakukan tindakan yang tidak sesuai syariat islam. Apakah benar demikian? Saya masih mempertanyakannya dan mencari tau kebenarannya. Pada kisah tokoh Bayazid Yildrim saya juga menemukan keganjilan. Dia berasal dari pihak islam namun berkeinginan untuk melakukan sesuatu di kebun gereja St. Peters. Apakah semua tokoh dari pihak islam merupakan muslim? Itu pertanyaan kedua di pikiran saya.

“Impian besarnya ialah membalas ekspedisi pasukan Perang Salib I ke Jerussalem dengan ekspedisi besar-besaran pula ke Eropa, terutama ke Prancis, untuk ditaklukannya, namun tidak kesampaian. Keinginannya menyenangkan kuda-kudanya di altar dan kebun gereja St. Peters pun tidak dapat diwujudkan.”—halaman 154.

Meskipun begitu, saya tetap memperoleh pengetahuan setelah membacanya. Saya baru menyadari bahwa Hassasin atau Assasin adalah kelompok islam yang didirikan oleh Hasan al-Sabbah. Kelompok tersebut dianggap sebagai kelompok teroris pertama di dunia. Awalnya saya mengira kata Hassasin digeneralisasikan sebagai seorang ninja dari negeri Sakura, tapi ternyata saya salah. Hassasin adalah cabang dari Islam Syi’ah Ismailiyah yang daerah kekuasaannya mencakup Irak, Iran, Syria, dan Lebanon. Kedudukan Hassasin pada Perang Salib tidak dapat dikatakan berada pada kubu islam maupun kristen, karena mereka pernah membunuh pemimpin utama Perang Salib dari kedua kubu.

Selain itu, saya menemukan kata nazareth. Nazareth adalah salah satu grup band ternama tahun 90-an (mungkin). Ternyata nazareth (An-Nashirah) merupakan gereja sakral yang dihancurkan oleh Al-malik al-Zhahir Baybar. Baybar adalah pahlawan selama berabad-abad terutama di Mesir dan Suriah, namun dia dicerca dan dicaci maki oleh pihak kristen. Sebab, dia telah menghancurkan tempat suci Jerussalem dan membantai sekaligus mengusir penduduk kristen.

Saya terkesan dengan tokoh Guy de Lusignan dari pihak kristen. Bukan karena kepahlawannya, namun karena kebijaksanaannya. Guy de Lusignan memutuskan untuk gencatan senjata selama 2 tahun dengan pihak Shalahuddin Al-Ayyubi karena kondisi kesehatan Baldwin IV menurun tajam. Setelah dia menjadi Raja Jerussalem, Guy de Lusignan mencoba untuk mengepung Shalahuddin al-Ayyubi namun gagal. Guy dan pasukan ditawan oleh pihak Shalahuddin. Shalahuddin terkenal dengan sifat pemurah kepada tawanan. Dia memberikan makanan dan minuman secukupnya kepada Guy. Saya terkesan dengan kalimat yang dilontarkan oleh Shalahuddin: Seorang raja tidak pantas membunuh raja. Di timur Guy de Lusignan dikenal sebagai raja yang bijaksana dan suka berdamai dengan musuh. Sedangkan di Barat, dia dihujat karena telah menyerahkan Jerussalem kepada kaum muslim.

Richard the Lionheart—Panglima Terbesar Pasukan Salib diibaratkan seperti Hitler pada masa NAZI. Dia membasmi pemeluk Yahudi Inggris atau memaksa mereka untuk dibaptis sebagai pemeluk Kristen. Sejarawan menyebutkan orang Yahudi dicambuk dan dilemparkan ke penjara tanpa alasan.

Tidak semua dari pihak kristen berniat untuk berperang dengan pertumpahan darah. Frederick II merupakan tokoh yang paling dihujat oleh kaum kristen. Dia mengambil jalur negosiasi dengan Al-Kamil. Perjanjian tersebut dikenal sebagai Restitusi Jerusalem yang berisi bahwa Masjid Jerussalem tetap menjadi kendali kaum muslim, sedangkan kaum Kristen diperbolehkan berziarah ke Jerussalem. Frederick II merupakan pemrakarsa terjadinya Perang Salib VI yang berjalan damai serta orang pertama yang berani menyerang Gereja Agung Roma. Frederick II sangat dikenang oleh umat muslim karena mendukung dunia sosial kaum muslimin dan banyak membangun masjid.

Tokoh terakhir yang diceritakan dari pihak Kristen yaitu Vlad Dracula III. Awalnya saya mengira bahwa Dracula adalah tokoh mitologi dari barat. Ternyata Dracula memang hadir sebagai tokoh Perang Salib yang ‘haus darah’. Tidak aneh, jika Dracula digambarkan sebagai makhluk penghisap darah manusia. Pada Perang Salib, Dracula membunuh ratusan orang, baik muslim maupun rakyatnya sendiri yang membangkang.

“…tubuh-tubuh mereka ditancapkan di sebatang kayu, lalu kayu itu ditanam sedemikian rupa sehingga tumpukan tusukan tubuh-tubuh tersebut menjadi semacam hutan mayat. Konon, prosesi itu dilakukannya ketika Dracula menginginkan kekuatannya kembali. Dilihatnya darah-darah yang mengucur dari tubuh-tubuh itu, dijilatinya, dan terkadang ia memandikan tubuhnya dengan darah tersebut.” –halaman 284.

Terakhir kali, saya akan senang jika ada yang berkeinginan untuk membaca buku serupa tentang Perang Salib. Buku ini memiliki kelebihan terlepas dari segala kekurangannya, karena saya memahami bahwa menulis adalah proses yang sangat panjang. Barangkali buku ini tidak lagi ditemukan di pasaran, dan karena itu saya berbagi lebih banyak. Bukan apa-apa, tidak mengetahui sejarah dengan cukup baik membuat saya miskin ilmu. Terutama sekali tentang islam. Jika dahulu saya menganggap sejarah hanyalah hafalan semata, maka kali ini saya salah. Saya memperoleh sesuatu melalui sejarah: pengetahuan.

Ini adalah kali pertama saya menulis review buku non fiksi dengan cukup panjang. Saya mengendapkan tulisan ini berhari-hari sebelum akhirnya terpublish. Saya berusaha untuk menulis review setiap buku yang saya baca. Harapannya adalah setidaknya saya punya catatan kecil tentang bacaan sendiri. Saya memberikan 3/5 bintang untuk buku ini. Setelah ini, saya berencana untuk membaca buku The Chronicles of Ghazi karya Felix Siauw. Mungkin rasa penasaran akan lebih terobati setelah itu. Berhubung buku tersebut belum saya beli, saya akan menyelesaikan membaca Teach Like Finland lebih dahulu.

Ah ya, selamat membaca!

Salam. 

No comments:

Post a Comment