Pages

May 29, 2018

[Review] Love Theft #Prisca Primasari

Judul : Love Theft #1 dan #2
Pengarang : Prisca Primasari
Tahun terbit : 2015 (Love Theft #1) dan 2016 (Love Theft #2)
Penerbit : Prisca Primasari
Jumlah halaman : 190 halaman (#1) dan 238 halaman (#2)
Sinopsis

(#1)
Frea Rinata gadis yang sangat payah di kampus. Sementara teman-temannya sudah melangkah jauh ke depan, dia tetap saja berjalan di tempat, minim prestasi, dan dipandang sebelah mata. Benar-benar menyebalkan. Untunglah dia punya kehidupan kedua yang lebih menarik, yang melibatkan seorang pemuda bernama Liquor. Atau setidaknya, pemuda yang "dipanggil" Liquor. Frea nyaris tidak tahu apa-apa tentangnya, kecuali bahwa pemuda itu sangat menarik, memiliki profesi yang tidak biasa, dan penuh misteri....

(#2)
Permasalahan yang dihadapi Frea, Liquor, dan Night semakin rumit saja. Ketiganya harus membenahi kekeliruan yang mereka lakukan, sekaligus bertarung dengan perasaan masing-masing. Di sisi lain, Frea semakin mengenal Liquor, sedikit demi sedikit. Dia memahami luka pemuda itu, mengetahui masa lalunya, juga terus berusaha mengobati hatinya....
***
Saya membaca dua novel ini satu tahun lalu, setelah berhasil mengendapkannya selama setahun. Saya tidak bermaksud menunda membacanya, tapi kebiasaan saya adalah: buku favorit akan dibaca di akhir waktu. Tahun lalu saya belum memiliki kesempatan mengulas tentang buku ini (baca: mahasiswa tingkat akhir). Awalnya saya tidak berpikir untuk mengulas tentang buku ini. Kebetulan lanjutan dari serial ini telah terbit: Lovely Heist. Seharusnya saya membaca lanjutannya, tapi saya menundanya. Alasannya sama seperti sebelumnya: tidak rela melepas kisah mereka dengan cepat. 

Saya membaca ulang Love Theft selama dua hari. Anehnya ketika membaca ulang, ada beberapa hal yang rasanya tak tersentuh ketika membaca kali pertama. Barangkali, ini sensasi saat membaca kedua kalinya. Tiba-tiba saya merasa sosok Liquor begitu menghangatkan terlepas dari segala hal tentang masa lalunya. 

Saya membaca karya penulis pertama kali ketika duduk di bangku sekolah menengah. Waktu itu saya membaca: Eclair: Pagi Terakhir di Rusia. Usai membaca buku tersebut, saya memutuskan untuk membaca karyanya yang lain. Lalu bertemulah saya dengan Paris, Priceless Moment, Evergreen, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, French Pink, Beautiful Mistake, Purple Eyes, With or Without You, dan terakhir Love Theft ini. Bagi saya ciri khas dari penulis tetap terasa dari semua karyanya: kesan dark, gloomy, dan menghangatkan tidak pernah lepas sedikitpun. Mungkin karena itulah, saya selalu menanti tulisannya.

Love Theft bercerita tentang Frea yang berteman baik dengan pencuri bernama Liquor dan Night. Mereka berdua telah menjadi pencuri profesional dengan barang curiannya senilai ratusan hingga milyaran rupiah. Uniknya mereka memiliki serangga yang berguna dalam membantu aksi pencuriannya. Sedangkan Frea memutuskan untuk mengikuti mereka karena lelah dengan kuliahnya yang tidak memiliki kemajuan apapun. 

Tampang yakuza, tapi berhati marshmallow
 
Sekilas mereka tidak terlihat seperti pencuri. Seperti Night wajahnya lebih manis dibandingkan wanita (nah coba bayangkan?). Lain halnya dengan Liquor dengan reputasi bad boy yang melekat padanya. Mereka mencuri bukan karena keinginan mereka. Tapi semua itu adalah pelarian bagi mereka akan lelahnya hidup yang mereka jalani. Mereka berdua memiliki masa lalu yang buruk dengan wanita. Dan mereka tidak mampu menanganinya sehingga memilih jalan yang salah. 

Hingga suatu ketika mereka bertiga terjebak dalam pencurian yang mereka lakukan. Mereka salah perhitungan, salah menduga, dan menganggap remeh target yang mereka curi. Hal inilah yang menyebabkan mereka harus menanggung risiko pekerjaannya.

Penulis menghadirkan kisah yang berbeda dari karya-karya sebelumnya. Walaupun berbeda, kekhasan penulis tetap terasa dengan baik. Buku ini disusun dengan sangat rapi, tidak ada kata yang dipilih berlebihan, dan terkesan manis. Porsi romansanya pun cukup, tidak lebih dan tidak kurang, istilahnya pas. Hal inilah yang membuat konflik tokoh menjadi kuat. 

Apabila pada buku pertama cenderung memperlihatkan aksi pencurian mereka, namun di buku kedua sisi kelam hidup mereka mulai tampak. Tidak hanya berfokus tentang pencurian, tapi mengajarkan tentang bagaimana berdamai dengan masa lalu, bagaimana pada akhirnya saling memaafkan dan menerima, dan bagaimana pada akhirnya saling membuka diri. Lalu, saya belajar bahwa dari kita selalu memiliki kesempatan kedua terlepas dari apapun yang terjadi.

Tidak ada ucapan selamat tinggal. 'Selamat tinggal' berarti penghormatan terhadap sesuatu yang dicintai, sementara yang dia tinggalkan hanyalah rasa sakit, rasa kecewa, dan kepahitan. Dia tidak mencintai itu semua. (Halaman 160 : #2)

Sarapan itu lebih dari sekadar sarapan... bukti bahwa seseorang selalu berada di sisinya, mengganti kekosongan-kekosongan yang menyakitkan di masa lalu. Bahwa Frea mengobati dan menyembuhkan luka di hatinya dengan cara yang lembut, tenang dan perlahan-lahan. Kemudian mencurinya. Dialah satu-satunya yang berhasil mencuri hati Liquor. (Halaman 215 : #2)

Saya selesai dengan dua buku ini. Anehnya setelah membaca ulang, penilaian terhadap buku ini berubah. Saya memberikan 5/5 bintang untuk keduanya. Dan, sekarang saya memahami betapa penulis begitu mencintai karakter dalam buku ini. Entahlah, menurut saya karakter tokoh sebagian adalah karakter penulis (Haha)

Dan, selamat membaca!

No comments:

Post a Comment