Judul : Lovely Heist
Pengarang : Prisca Primasari
Tahun terbit : April 2018
Penerbit : Inari
Jumlah halaman : 432 halaman
Sinopsis
"Kalau satu-satunya cara untuk menyelamatkan Frea adalah dengan mencuri, saya akan melakukannya."
Padahal Liquor sedang berulang tahun, tetapi dia malah mendapat 'kado' yang sangat mengerikan. Kado yang mengancam nyawa Frea, gadis yang teramat dicintai Liquor dan akan segera dinikahi olehnya. Maka dimulailah misi Liquor untuk menyelamatkan Frea. Bersama Night yang sialnya juga mendapat 'kado' serupa. Liquor dan Frea bertolak ke Inggris demi misi tersebut. Di Stratford-upon-avon, Bibury, dan London, mereka menemui rangakaian kejadian yang gelap, manis, lucu, menegangkan, menyakitkan, serta berhadapan dengan masa lalu yang tak henti-hentinya menghantui Liquor.
Berhasilkah mereka menyelesaikan misi itu?
***
Bukankah itu tujuan kita pergi? Untuk pulang.
Setelah menunggu kurang lebih satu tahun, kisah trio pencuri (Liquor, Night, dan Frea) kembali hadir. Kisah terakhir di novel sebelumnya: Love Theft, Liquor dan Night harus mendekam di penjara karena salah perhitungan dalam menghadapi Coco. Pada buku ini kisah mereka kembali hadir dengan misi yang berbeda.
Pada awal cerita penulis masih bercerita sedikit tentang buku sebelumnya. Sehingga pembaca yang belum membaca Love Theft, dapat membaca Lovely Heist tanpa merasa bingung. Tapi saya lebih menyarankan untuk membaca Love Theft, agar lebih utuh mengenal karakter mereka masing-masing.
Sebesar apapun kau mencintai seseorang, menunggunya untuk waktu yang lama bukanlah sesuatu yang bisa membuatmu bahagia (Halaman 54).
Setelah kurang lebih empat tahun Liquor dan Night mendekam di penjara, sedang Frea dan Akiko--Istri Night, berusaha menunggu mereka hingga keluar dari penjara. Hingga hari berbahagia itu pun datang, Liquor dapat bertemu Frea tanpa palang besi, begitu juga dengan Night dan Akiko. Mereka berempat dapat berbahagia walaupun hanya sebentar.
Lalu bencana itu datang akibat 'kado' yang diberikan oleh Gift--salah satu anggota Arthropods. Padahal setelah keluar dan penjara, Liquor telah bersumpah untuk tidak mencuri lagi. Namun jika ini menyangkut nyawa Frea, apapun akan dilakukannya termasuk mencuri. Maka dimulailah misi mereka sesuai perintah Harker--kakak Gift.
Jangan pernah mempercayai orang yang menjawab pertanyaan dengan terlalu cepat sambil memandangmu lekat-lekat. Karena itu berarti dia sedang berbohong (Halaman 68).
Hal yang paling saya takutkan setelah membaca buku ini adalah saya sulit lepas dengan karakter masing-masing tokoh. Walaupun tokoh utama di sini adalah Liquor, Frea, dan Night namun bagi saya semua tokoh memiliki andil tersendiri sebagai penyempurna buku ini. Saya membaca buku ini cukup lamban, karena takut sekali berada di halaman akhir. Entahlah, karakter, latar, dan semuanya seolah hidup di imajinasi saya.
Jika ada yang bertanya bagaimana akhir kisah mereka, tenang pada akhirnya semua tokoh berakhir manis dengan cara mereka masing-masing. Meskipun ada banyak luka dan air mata mengiringi semua cerita mereka, tapi semua itu terbayar di akhirnya. Setelah selesai membaca buku ini, saya menyimpulkan bahwa semua masalah berhubungan dengan wanita. Tidak Liquor, Night, Tarantula, dan termasuk Harker. Mereka semua bermasalah dengan wanita.
Saya suka pada bagian ketika mereka bekerja sama dalam meretas akun milik Mina. Walaupun kondisi mereka sangat tegang kala itu, entah bagaimana mereka masih sempat menjadi pencuri. Jujur saja, jika keadaannya tidak menyangkut nyawa seseorang, barangkali saya akan tertawa dengan bebas. Hingga buku ini selesai, saya penasaran dengan karakter Tarantula (sungguh, berharap penulis mau menulis cerita lain tentang Tarantula).
"Kurang kerjaan." Liquor berkata dingin. Lalu dia kembali melangkah menuju pintu dan pergi meninggalkan apartemen.
"Bukankah dia yang lebih kurang kerjaan?! Tarantula menyahut dengan murka. "Nyolong barang semua orang!" (Halaman 110)
Tadinya saya berpikir bahwa misi mereka cukup mudah, terlebih karena Mina telah mengetahui pergerakan mereka. Ternyata ada beberapa kendala yang tidak terprediksi oleh mereka. Hal inilah yang membuat waktu yang mereka miliki seolah terbuang sia-sia.
"Mencuri sama sekali tidak semudah yang kamu kira. Tidak sekadar mengambil barang orang tanpa sepengetahuannya. Kamu butuh hati yang retak. Kamu butuh nyali untuk melanggar moral, kepercayaan, dan aturan." (Halaman 116)
Saya suka bagian Night yang masih memegang erat kebudayaannya, meskipun terkesan kuno. Hingga akhir bagian pun saya merasa bahwa Night lah yang sangat sensitif apabila menyangkut perasaan wanita. Dia memang lembut dan cantik, hal yang paling ditakutkannya adalah menyakiti hati wanita. Meskipun terkadang tindakannya disalah artikan oleh sebagian wanita, semisal Estelle. Berbicara tentang Estelle, dia adalah sosok yang tak terduga hadir dalam membantu kisah mereka.
"....Itu hal yang sangat berharga, dan sudah seharusnya dilakukan dalam ikatan yang berharga juga...." (Halaman 126)
Hingga pada akhirnya saya sampai melewati perjalanan mereka di Inggris. Saya tidak begitu ingat daerah-daerah yang mereka kunjungi, barangkali namanya yang belum begitu familiar bagi saya. Namun anehnya, penulis mampu menggambarkan Inggris dengan baik seolah-olah saya berada di sana. Penulis mampu menceritakannya dengan rinci tempat-tempat di Inggris dan kekhasan dari negara tersebut. Ah, ternyata Inggris itu cukup indah.
Ada jenis-jenis manusia seperti itu, yang sekeras apapun kau berusaha memahaminya, kau tetap tidak akan bisa memahami mereka. Kecuali kau benar-benar telah mengalami apa yang dia alami, memiliki jiwa dan hati yang dia miliki. (Halaman 258)
Sebenarnya misi yang mereka lakukan sedikit mengandung sisi sentimentil. Bagaimana hubungan antara Harker dan Mina? Bagaimana seorang Harker yang depresif dengan kepribadian ganda hingga segala penyesalan yang dilakukannya kepada semua anggota Arthropods. Lalu saya mampu membedakan antara seorang yang depresif dengan seorang psikopat. Bagaimanapun semua karakter yang dihadirkan penulis adalah mereka-mereka yang memiliki hati yang retak. Dan melalui misi yang panjang ini, memberikan pelajaran bagaimana menyembuhkan hati yang retak.
Saya tersentuh ketika Liquor pada akhirnya berdamai dengan ibunya. Walaupun sebelumnya terjadi kesalahpahaman. Karena ini Inggris, dimana yang mati masih bisa mendengar yang hidup.
"Dia sudah lama mati, lalu hidup kembali ketika bertemu dengan ayah saya. Sekarang setelah ayah pergi...." (Halaman 322)
Bagi saya, klimaks dari cerita ini adalah ketika Harker dan Gift memutuskan untuk menyakiti semua koleganya. Harker hanya memiliki hati yang retak, bukan hancur. Karena dia sebenarnya tidak pernah benar-benar berniat menyakiti mereka. Dia hanya terluka, sangat terluka. Lalu, mereka semua berdamai dengan masalah masing-masing. Apa yang mereka lakukan? Menerima dan memaafkan dengan lapang.
Semuanya berakhir dengan manis. Penulis mampu menyudahi kisah mereka masing-masing dengan manis dan hangat seperti biasa. Liquor dengan orangtua Frea, Night dengan Akiko, Harker dengan orang yang dicintainya, serta Tarantula yang nyatanya dapat berubah pikiran karena wanita.
"Kau tahu ada teori klise bahwa orang yang paling kau cintai akan muncul di pikiranmu ketika kau sedang dalam bahaya?" (Halaman 395)
Saya selesai dengan buku ini, meskipun belum rela sepenuhnya. Saya menyadari segala sesuatu yang ditulis dengan hati, maka semuanya akan sampai ke hati. Saya rasa seperti itu yang terjadi dengan pembaca Lovely Heist. Saya menunggu kelanjutan kisah mereka walaupun hanya sekedar side story. Bagi saya itu cukup. Dan, saya memberikan 5/5 bintang untuk buku ini.
Buku ini direkomendasikan untuk mereka yang saat ini hatinya sedikit retak. Mari memperbaiki hati yang retak dengan sedikit sisi-sisi kriminal, mereka mencuri bukan karena kemauan mereka. Hanya sebagai pelarian akan rasa sakit yang belum mampu mereka obati.
Dan, selamat membaca!
Ah ya, saya lupa sesuatu: saya merasa beruntung karena memperoleh tanda tangan Liquor (pamer ceritanya hihi \m/)
"Setiap pertemuan itu hanya bisa terjadi sekali, dan tidak bisa terulang kembali. (Halaman 423)
|
No comments:
Post a Comment