Pages

May 1, 2018

[Review] Disleksia #Olivia Bobby

Pengarang : Olivia Bobby
Tahun terbit : Maret 2016
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 176 halaman

Sinopsis
Pada umumnya penderita disleksia kesulitan mengeja kata, membaca, menulis, berbicara, serta mendengarkan suara orang lain. Mereka kurang mampu menganalisis maksud keseluruhan kata-kata dan mencampurkan bunyi/suara dalam kata-kata. Dalam buku ini akan dijelaskan penyebab terjadinya disleksia, cara mengenali ciri-ciri anak yang menderita disleksia, serta cara mengatasinya. Penanganan yang cepat dan tepat akan membuat anak dapat mengikuti kegiatan belajar sebagaimana layaknya anak normal. Semoga buku ini dapat mengubah pandangan masyarakat tentang disleksia serta membangun kesadaran berbagai pihak untuk peduli pada penderitaan anak disleksia dan potensi yang mereka miliki. Cinta tulus orangtua dan bimbingan lingkungan terdekatnya adalah hal yang paling berperan dalam menajamkan intuisi dan mengeluarkan semua potensi pada anak disleksia hingga dapat mencapai kesuksesan.
***

Saya mengenal istilah disleksia pertama kali saat membaca novel Kak Orizuka yang berjudul Summer Breeze. Namun waktu itu saya hanya mengetahui sebatas tentang kesulitan seseorang dalam membaca. Awalnya saya berpikir, bahwa mereka penderita disleksia tidak mampu membaca karena kata-kata yang tersusun terbalik. Ternyata penyakit disleksia tidak sesederhana yang dikira. Bahkan melalui buku ini jelas diutarakan bahwa pengidap disleksia perlu ditangani dengan serius.

Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Penulis bercerita bagaimana adik kembarnya menjalani hidup sebelum diketahui bahwa mereka menderita disleksia. Sebut saja namanya Michelle dan Michael. Pada awalnya penulis beranggapan tingkah laku adiknya sama seperti anak seusianya: menghindari setiap aktivitas membaca dan menulis. Namun ternyata prilaku tersebut berlanjut hingga mereka duduk di bangku sekolah dasar. 

Anak-anak yang mengalami disleksia akan menulis seperti pada gambar di samping. Mereka kesulitan dalam menulis sehingga dihasilkan tulisan tangan yang buruk sekaligus menulisnya dengan terbalik. Tidak jarang guru yang belum mengetahui kondisi si anak menganggap bahwa mereka berkebutuhan khusus. Penulis mengatakan bahwa pengidap disleksia bukanlah anak-anak berkebutuhan khusus. 


Apa itu disleksia? 

Secara ringkas disleksia berarti kesulitan seseorang dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan huruf, terutama kegiatan membaca dan menulis. Pada umumnya penyandang disleksia kesulitan mengeja kata, membaca, menulis bahkan berbicara serta mendengarkan suara orang lain, dan menerjemahkannya ke dalam bentuk kata-kata menganalisa maksud keseluruhan kata-kata serta mencampurkan bunyi suara dalam kata-kata. (Halaman 35).

Penderita disleksia juga dikenal dengan sindrom Irlen. Sindrom Irlen mengacu pada nama penemunya, Helen L. Irlen yang merupakan peneliti, pengajar, dan terapis dari California State University. Penemuan Irlen pada 1980 menyatakan bahwa jenis disleksia ini masalahnya terletak pada sistem saraf, bukan pada sistem penglihatan. Pengidap Sindrom Irlen boleh jadi memiliki daya penglihatan sempurna, namun mengalami gangguan persepsi sewaktu membaca. Ini karena adanya kelainan dasar pada saraf biologis sehingga kesulitan dalam menguraikan informasi secara visual. 



Bagaimana sifat-sifat penyandang disleksia?

Penderita disleksia memiliki tingkat konsentrasi yang rendah. Mereka akan menghindari jika disuruh untuk membaca atau menulis. Hal ini disebabkan ketika melihat buku yang mereka baca, penglihatan tulisan tersebut berbeda dengan anak normal. Saya baru menyadari betapa menderitanya anak-anak penderita disleksia ketika disuruh membaca. Meskipun begitu, mereka juga memiliki kelebihan. Berdasarkan survei diketahui bahwa anggota NASA umumnya penyandang disleksia. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah dan kesadaran spesial untuk melihat dan memprediksi jarak dan ruang.


Bagaimana bentuk penglihatan mereka ketika membaca buku?

Ada beragam bentuk penglihatan ketika mereka melihat kata-kata di dalam buku. Setelah membaca buku ini, sangat dimaklumi jika anak-anak pengidap disleksia memiliki konsentrasi yang rendah. Bagaimana mungkin mereka dapat fokus terhadap sesuatu yang membuat kepala mereka pusing? Inilah beberapa hasil penglihatan dari penyandang disleksia:

(1)

(2)
(3)
 (4)
 (5)
(6)
(7)

Apakah disleksia dapat diobati? 

Penulis menjelaskan dengan cukup rinci tentang pengobatan terhadap penyandang disleksia. Mereka dapat disembuhkan dengan menggunakan lensa irlen. Lensa irlen dapat membantu mereka untuk melihat dengan normal. Berdasarkan pengalaman penulis, saat adiknya menggunakan lensa tersebut seolah memberikan kebahagiaan tak terkira. Pada awalnya penulis dan keluarga kesulitan karena mereka tidak percaya diri. Mereka merasa berbeda dengan yang lain. Namun seiring waktu, kepercayaan diri mereka mulai timbul dan terbiasa dengan kondisi tersebut. Lensa Irlen berbeda dengan lensa biasa yaitu memiliki warna. Pemilihan warna lensa tergantung pada kondisi penderita. 


***
Buku ini cukup memberikan pengetahuan baru bagi saya secara pribadi. Saya tidak mengetahui apa-apa tentang disleksia, namun penulis dengan jelas menceritakan pengalaman pribadinya tentang disleksia. Saya memang belum menemukan anak-anak penderita disleksia di kehidupan sekarang. Tapi mengetahui sedikit banyak tentang hal ini membuat saya menyadari bahwa kita perlu tau untuk banyak hal. 

Buku ini juga disajikan dengan menarik melalui gambar dan warna. Buku setebal 176 halaman ini dapat dibaca di waktu senggang. Selain itu, penuturan bahasa pun mudah dipahami meskipun terdapat beberapa kata-kata ilmiah. Hal ini menyebabkan buku ini dapat dibaca untuk semua golongan.

Saya tidak menduga bahwa ilmuwan terkemuka ternyata penderita disleksia. Sebut saja Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Alexander Graham Bell, Leonardo da Vinci, dan Agatha Christie yang merupakan seorang penulis kriminal legendaris di tahun 80-an.

Tujuan penulis dalam menulis buku ini cukup mulia. Saya yakin agar orangtua di luar sana cepat dalam mengetahui kondisi anak jika mereka menderita disleksia. Penulis tidak ingin anak-anak lain menderita lebih lama karena terlambat mengetahui. 

Saya meminjam buku ini di Ijak :)


Selamat membaca!

No comments:

Post a Comment