Pages

June 30, 2016

[Jurnal] Akan Kuajarkan Kau dengan Baik


Akan kuajarkan kau dengan baik.
Kita harus mulai darimana?
Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa jangan terlalu sering berasumsi, mengambil penjelasan secara sepihak atas pilihan yang diambil seseorang. Karena boleh jadi, ada penjelasan yang lebih baik di luar sana. Tetapi sayangnya, kau tak sesabar yang dikira.

Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa tak selamanya tangisan harus dibalas oleh luka. Sekali lagi kau mengambil permulaan lebih dahulu, tanpa mengetahui kebenaran yang ada. Alhasil, kau membalas tangisan dengan luka yang sama. Padahal, jika kau bersabar lebih lama penjelasan yang baik itu akan datang dengan sendirinya. Sayangnya, kau tak sesabar yang terlihat.

Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa merelakan tak selalu menyakitkan. Kau salah kira, karena menganggap semua pelepasan adalah hal yang menyakitkan. Tak terduganya justru merelakan adalah puncak kedamaian di hati.

Akan kuajarkan kau dengan baik, balas dendam atas perasaan takkan mengubahnya menjadi lebih baik. Kau kira, dengan menunjukkan kepada semua orang bahwa ‘kau bahagia’ berarti di dalam sana kau bahagia? Tidak. Justru itulah lubang yang kau gali dengan sendirinya. Jangan berpura-pura, karena topeng takkan terkuak jika bukan kau sendiri yang melepasnya.

Akan kuajarkan kau dengan baik, berhentilah. Kau hanya menghabiskan sisa waktu yang kau punya. Beranjaklah dengan baik, karena bermain dengan perasaan adalah pembunuhan berencana. Baik jika permainan itu berakhir seperti dongeng-dongeng klasik yang biasa diceritakan saat belia dulu. Jika tidak? Kau tentu tahu jawabannya. Tangisan dan luka akan tergabung dengan utuh.

Akan kuajarkan kau dengan baik, seringkali kau terjebak. Kau menganggap bahwa perasaan adalah segala-segalanya. Kau salah, kadangkala untuk mengendalikan apa yang kau rasakan, kau membutuhkan logika untuk itu. Kenapa? Karena logika menjadikan kau dapat berpikir dengan jernih.

Akan kuajarkan kau dengan baik, urusan perasaan itu tak ubahnya telapak tangan. Kau dapat dengan mudah membolak-balikkannya. Lalu bagaimana kau dapat mengatakan bahwa apa yang kau rasakan utuh adanya? Kau salah, kau mendahului Si Punya Hati, Sang Pencipta kau sendiri. Bagaimana mungkin kau mengatakan perasaan yang kau punya benar adanya, sedang Dia dapat membolak-balikkan semua itu dengan mudah? Kau tentu punya jawabannya.

Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan terlalu erat menggenggam sesuatu. Kau tahu bagaimana pasir ketika erat digenggam? Semakin erat kau menggenggamnya, maka akan semakin banyak yang hilang. Maka, seperti itulah. Jangan berlebihan. Tetapi, kau dapat mengenggamNya dengan erat, justru harus lebih erat. Kenapa? Karena Dia akan mengenggam kau lebih erat dari yang kau kira.

Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan habiskan waktu untuk orang yang bahkan sedetikpun tak ingin mendengar penjelasan yang kau sampaikan. Lalu bagaimana? Maka biarlah, tinggalkan dengan baik. Kau tahu, diluar sana banyak orang yang mau mendengarkan dengan bijak tanpa kau harus bersusah-susah.

Akan kuajarkan kau dengan baik, perasaan itu bukan dilahirkan untuk membentuk luka, tetapi bahagia tak terkira. Lalu kenapa kau mengubahnya menjadi tangis? Kau tahu, seringkali kau yang membuatnya terlihat lebih rumit. Kau pikirkan setiap saat, membayangkan sesuatu yang jelas-jelas tak dapat kau sentuh, dan kau menginginkan skenario yang belum tentu Sang Pemilik Langit dan Bumi ini setuju. Akibatnya, kau selalu menciptakan akhir secara sepihak. Padahal bisa jadi Dia tidak berada dalam pihak yang sama dengan kau.

Akan kuajarkan kau dengan baik, lalu bagaimana jika kau telah terlalu jauh melangkah, memasuki dimensi terlarang untuk kau sendiri? Itulah risiko. Berani memasuki wilayah terlarang, maka kau harus keluar dengan cara kau sendiri. Bahkan orang-orang di sekitar kau takkan banyak membantu. Kenapa? Karena kekuatan diri sendiri adalah tameng terbaik. Orang-orang di sekitar hanyalah sebagai pelindung atas keputusan yang kau ambil. Sedang finalnya? Kembali pada diri kau sendiri.

Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan tumpahkan tangis untuk orang yang tak layak kau tangisi. Kau keliru, tidakkah kau merasa bersalah pada mereka yang dengan baik membesarkan kau sedari dahulu? Seharusnya kau mengeluarkannya untuk mereka kelak.

Akan kuajarkan kau dengan baik, ingatkah kau tentang ini? Bahwa tawa hanyalah sementara dan tangispun demikian. Semuanya hanya sementara. Tak apalah jika kau terluka hari ini. Tetapi melalui itu...kau akan kembali berdiri tegak, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tidak ada yang selamanya di dunia ini. Hari ini kau menangis tersedu-sedu, sekian menit maka akan keringlah air mata tersebut. Bukankah ini bukti, bahwa semuanya hanya sementara?

Akan kuajarkan kau dengan baik, kau hanya perlu menyimpannya dengan baik. Tak perlu kau ceritakan, karena tanpa deretan kalimatpun, perlahan orang-orang akan tahu, akan mengerti. Bukankah itu lebih baik? Karena semakin kau ceritakan, boleh jadi tak ada lagi cerita yang dapat kau ceritakan kelak.

Akan kuajarkan kau dengan baik, bukankah kau juga berhak untuk bahagia. Tentu. Kenapa kau harus merisaukan semua itu, jika matahari masih terbit di timur, jika kau masih merasakan nikmatnya makan dan minum? Harus kau ketahui, di luar sana bahkan untuk memikirkan masalah perasaan tak pernah terpikirkan oleh mereka. Bagaimana cara untuk memikirkan hal tersebut, sedang perut tak selalu rutin terisi, atau sedang sewaktu-waktu meriam dapat meluluh-lantakkan kawasan mereka?

Akan kuajarkan kau dengan baik, kau hanya perlu menikmati hidup. Jangan melihat ke belakang. Betapapun kau melihatnya ke belakang, apa yang telah terjadi takkan pernah kembali. Bahagia itu sederhana jika kau tahu. Cukup kau nikmati. Cukup kau syukuri dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana adanya.

Akan kuajarkan kau dengan baik, kau sering bertanya, bagaimana mengontrolnya? Tidak ada solusi akan perkara ini. Kenapa? Karena perasaan telah menjadikan semuanya mungkin. Jika kau ingin mengontrolnya, cukup kau tanyakan pada diri kau sendiri, “bagaimana kau akan menyikapinya?”. Kadangkala perasaan membentuk alasan-alasan yang tak seharusnya ada. Hanya kau sendiri yang mengontrolnya dan menegaskan pada diri sendiri, “jangan pernah bermain-main dengan perasaan”.

Akan kuajarkan kau dengan baik, kau hanya perlu menyibukkan diri, bahkan sekalipun takkan kau biarkan perasaan itu bersarang  di hati kau. Seringkali semua itu hadir saat kau lengah, saat kau termenung dengan pikiran-pikiran yang tentunya hanya kau sendiri tahu.

Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Akan kuajarkan kau dengan baik.
Kita harus mengakhirinya dengan cara apa?
Mudah, cukup kau serahkan padaNya, Sang Pemilik Hati.

No comments:

Post a Comment