Akan kuajarkan kau dengan baik.
Kita harus mulai darimana?
Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa
jangan terlalu sering berasumsi, mengambil penjelasan secara sepihak atas
pilihan yang diambil seseorang. Karena boleh jadi, ada penjelasan yang lebih
baik di luar sana. Tetapi sayangnya, kau tak sesabar yang dikira.
Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa
tak selamanya tangisan harus dibalas oleh luka. Sekali lagi kau mengambil
permulaan lebih dahulu, tanpa mengetahui kebenaran yang ada. Alhasil, kau
membalas tangisan dengan luka yang sama. Padahal, jika kau bersabar lebih lama
penjelasan yang baik itu akan datang dengan sendirinya. Sayangnya, kau tak
sesabar yang terlihat.
Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa
merelakan tak selalu menyakitkan. Kau salah kira, karena menganggap semua
pelepasan adalah hal yang menyakitkan. Tak terduganya justru merelakan adalah
puncak kedamaian di hati.
Akan kuajarkan kau dengan baik, balas
dendam atas perasaan takkan mengubahnya menjadi lebih baik. Kau kira, dengan
menunjukkan kepada semua orang bahwa ‘kau bahagia’ berarti di dalam sana kau
bahagia? Tidak. Justru itulah lubang yang kau gali dengan sendirinya. Jangan
berpura-pura, karena topeng takkan terkuak jika bukan kau sendiri yang
melepasnya.
Akan kuajarkan kau dengan baik,
berhentilah. Kau hanya menghabiskan sisa waktu yang kau punya. Beranjaklah
dengan baik, karena bermain dengan perasaan adalah pembunuhan berencana. Baik
jika permainan itu berakhir seperti dongeng-dongeng klasik yang biasa
diceritakan saat belia dulu. Jika tidak? Kau tentu tahu jawabannya. Tangisan
dan luka akan tergabung dengan utuh.
Akan kuajarkan kau dengan baik,
seringkali kau terjebak. Kau menganggap bahwa perasaan adalah segala-segalanya.
Kau salah, kadangkala untuk mengendalikan apa yang kau rasakan, kau membutuhkan
logika untuk itu. Kenapa? Karena logika menjadikan kau dapat berpikir dengan
jernih.
Akan kuajarkan kau dengan baik, urusan
perasaan itu tak ubahnya telapak tangan. Kau dapat dengan mudah
membolak-balikkannya. Lalu bagaimana kau dapat mengatakan bahwa apa yang kau
rasakan utuh adanya? Kau salah, kau mendahului Si Punya Hati, Sang Pencipta kau
sendiri. Bagaimana mungkin kau mengatakan perasaan yang kau punya benar adanya,
sedang Dia dapat membolak-balikkan semua itu dengan mudah? Kau tentu punya
jawabannya.
Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan
terlalu erat menggenggam sesuatu. Kau tahu bagaimana pasir ketika erat
digenggam? Semakin erat kau menggenggamnya, maka akan semakin banyak yang hilang.
Maka, seperti itulah. Jangan berlebihan. Tetapi, kau dapat mengenggamNya dengan
erat, justru harus lebih erat. Kenapa? Karena Dia akan mengenggam kau lebih
erat dari yang kau kira.
Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan
habiskan waktu untuk orang yang bahkan sedetikpun tak ingin mendengar penjelasan
yang kau sampaikan. Lalu bagaimana? Maka biarlah, tinggalkan dengan baik. Kau
tahu, diluar sana banyak orang yang mau mendengarkan dengan bijak tanpa kau
harus bersusah-susah.
Akan kuajarkan kau dengan baik,
perasaan itu bukan dilahirkan untuk membentuk luka, tetapi bahagia tak terkira.
Lalu kenapa kau mengubahnya menjadi tangis? Kau tahu, seringkali kau yang
membuatnya terlihat lebih rumit. Kau pikirkan setiap saat, membayangkan sesuatu
yang jelas-jelas tak dapat kau sentuh, dan kau menginginkan skenario yang belum
tentu Sang Pemilik Langit dan Bumi ini setuju. Akibatnya, kau selalu
menciptakan akhir secara sepihak. Padahal bisa jadi Dia tidak berada dalam
pihak yang sama dengan kau.
Akan kuajarkan kau dengan baik, lalu
bagaimana jika kau telah terlalu jauh melangkah, memasuki dimensi terlarang
untuk kau sendiri? Itulah risiko. Berani memasuki wilayah terlarang, maka kau
harus keluar dengan cara kau sendiri. Bahkan orang-orang di sekitar kau takkan
banyak membantu. Kenapa? Karena kekuatan diri sendiri adalah tameng terbaik.
Orang-orang di sekitar hanyalah sebagai pelindung atas keputusan yang kau
ambil. Sedang finalnya? Kembali pada diri kau sendiri.
Akan kuajarkan kau dengan baik, jangan
tumpahkan tangis untuk orang yang tak layak kau tangisi. Kau keliru, tidakkah
kau merasa bersalah pada mereka yang dengan baik membesarkan kau sedari dahulu?
Seharusnya kau mengeluarkannya untuk mereka kelak.
Akan kuajarkan kau dengan baik,
ingatkah kau tentang ini? Bahwa tawa hanyalah sementara dan tangispun demikian.
Semuanya hanya sementara. Tak apalah jika kau terluka hari ini. Tetapi melalui
itu...kau akan kembali berdiri tegak, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tidak
ada yang selamanya di dunia ini. Hari ini kau menangis tersedu-sedu, sekian
menit maka akan keringlah air mata tersebut. Bukankah ini bukti, bahwa semuanya
hanya sementara?
Akan kuajarkan kau dengan baik, kau
hanya perlu menyimpannya dengan baik. Tak perlu kau ceritakan, karena tanpa
deretan kalimatpun, perlahan orang-orang akan tahu, akan mengerti. Bukankah itu
lebih baik? Karena semakin kau ceritakan, boleh jadi tak ada lagi cerita yang
dapat kau ceritakan kelak.
Akan kuajarkan kau dengan baik,
bukankah kau juga berhak untuk bahagia. Tentu. Kenapa kau harus merisaukan
semua itu, jika matahari masih terbit di timur, jika kau masih merasakan
nikmatnya makan dan minum? Harus kau ketahui, di luar sana bahkan untuk
memikirkan masalah perasaan tak pernah terpikirkan oleh mereka. Bagaimana cara
untuk memikirkan hal tersebut, sedang perut tak selalu rutin terisi, atau
sedang sewaktu-waktu meriam dapat meluluh-lantakkan kawasan mereka?
Akan kuajarkan kau dengan baik, kau
hanya perlu menikmati hidup. Jangan melihat ke belakang. Betapapun kau
melihatnya ke belakang, apa yang telah terjadi takkan pernah kembali. Bahagia
itu sederhana jika kau tahu. Cukup kau nikmati. Cukup kau syukuri dan biarlah
semuanya berjalan sebagaimana adanya.
Akan kuajarkan kau dengan baik, kau
sering bertanya, bagaimana mengontrolnya? Tidak ada solusi akan perkara ini.
Kenapa? Karena perasaan telah menjadikan semuanya mungkin. Jika kau ingin
mengontrolnya, cukup kau tanyakan pada diri kau sendiri, “bagaimana kau akan
menyikapinya?”. Kadangkala perasaan membentuk alasan-alasan yang tak seharusnya
ada. Hanya kau sendiri yang mengontrolnya dan menegaskan pada diri sendiri,
“jangan pernah bermain-main dengan perasaan”.
Akan kuajarkan kau dengan baik, kau
hanya perlu menyibukkan diri, bahkan sekalipun takkan kau biarkan perasaan itu
bersarang di hati kau. Seringkali semua
itu hadir saat kau lengah, saat kau termenung dengan pikiran-pikiran yang
tentunya hanya kau sendiri tahu.
Akan kuajarkan kau dengan baik, bahwa
semuanya akan baik-baik saja.
Akan kuajarkan kau dengan baik.
Kita harus mengakhirinya dengan cara
apa?
Mudah, cukup kau serahkan padaNya, Sang
Pemilik Hati.
No comments:
Post a Comment