Judul Buku :
Interwine: Takdir yang Berjalin
Pengarang :
Fei, Lia, Orizuka, Clara, dan KP Januwarsi
Terbit :
Maret 2015
Jumlah
Halaman : 420 halaman
Penerbit :
Haru
Sinopsis
Berawal dari
sebuah bridal, lima wanita menguntai benang-benang kehidupan.
Jihan, yang bercita-cita untuk menikah muda.
Naomi, yang mengikuti kata hatinya untuk bertindak di luar logika.
Emma, yang percaya kisah cinta dalam dongeng juga ada di dunia nyata.
Ralyne, yang berharap pernikahannya akan sempurna.
Nina, yang dihantui oleh potongan-potongan kenangan lama.
Sebuah gaun istimewa hadir di antara mereka, seakan menjadi pemintal takdir.
Dan keajaiban pun terjadi…
Jihan, yang bercita-cita untuk menikah muda.
Naomi, yang mengikuti kata hatinya untuk bertindak di luar logika.
Emma, yang percaya kisah cinta dalam dongeng juga ada di dunia nyata.
Ralyne, yang berharap pernikahannya akan sempurna.
Nina, yang dihantui oleh potongan-potongan kenangan lama.
Sebuah gaun istimewa hadir di antara mereka, seakan menjadi pemintal takdir.
Dan keajaiban pun terjadi…
Intermezo sedikit : Tada!!
Akhirnya aku bisa membaca novel ini hingga tuntas. Butuh waktu yang lama,
hingga novel ini sekarang berada dalam genggaman—lebay. Hahaha. Jujur,
sekitar tiga bulan yang lalu, hasrat untuk membeli novel ini begitu tak
terkira. Setiap mengunjungi Gramedia, aku tak henti-hentinya melirik ke
tumpukan novel itu—dengan harapan yang besar novel ini masih dalam stock yang
banyak -_-. Singkatnya, selesai lebaran aku baru bisa mendapatkannya setelah
berhasil berpuasa membeli buku di gramedia, hmm kurang lebih sejak awal
semester empat lalu. Menakjubkan, tepuk tangan!!
Intertwine—Takdir
yang terjalin merupakan novel karya FLOCK—Fei-Lia-Orizuka-Clara-KP Januwarsi. Novel
ini menceritakan tentang perjalanan hidup lima orang wanita yang mempunyai
kisah masing-masing melalui Fairy Bridal—sebuah
tempat untuk menyewakan gaun pengantin. Mereka semua akan menguntai kisahnya
dengan membawa suatu harapan yang begitu sakral, yaitu sebuah pernikahan.
Kelima
wanita itu diceritakan oleh lima penulis yang masing-masing mempunyai ciri khas
tersendiri dalam ceritanya. Kisah pada awal novel ini dimulai dengan karya
Orizuka berjudul The Right One. Cerita ini berkisah tentang seorang gadis yang
bercita-cita untuk menikah muda, namun tak kunjung mendapatkan calon. Suatu
insiden menyebabkan ia harus berurusan dengan laki-laki bernama Arkan. Kejadian
demi kejadian di antara mereka, dan tanpa disadari mereka merasakan sesuatu.
Sejujurnya,
saya cukup terkesan dengan kisah yang ditulis oleh Orizuka. Cerita ringan,
tetapi agak absurd mengingat ritsleting
gaun pengantin yang dikenakan Jihan tidak bisa dibuka, dan bahkan dengan
menggunakan tang sekalipun. Saya sudah menduga siapa yang bisa membuka
ritsleting tersebut. Walaupun begitu, saya menikmati kejadian lucu yang terjadi
di antara mereka sebelum itu terbuka. Ringan, tetapi cukup membekas di ingatan
saya.
Selain
itu, saya juga tidak merasa bosan dengan untaian kata yang dihadirkan oleh
penulis. Penulis merangkainya dengan sangat apik, sehingga saya bisa dengan
cepat mengerti arah cerita.
Cerita
selanjutnya hadir dengan judul Premonition yang ditulis oleh Fei. Jika Orizuka
menceritakan gadis yang ingin menikah muda, lain halnya dengan cerita yang
dibawakan Fei. Ini berkisah tentang Naomi yang tiba-tiba bertindak di luar akal
sehatnya hanya karena suatu perintah dari Theo—partner kerjanya. Theo
memberikan suatu intruksi pada Naomi untuk mengenakan gaun pengantin, lalu
menemuinya di taman Rosemary’s Tea Salon. Semua itu diluar dugaan Theo yang
nyatanya Naomi menyanggupi permintaannya yang dengan gamblang hanya untuk
hiburan di kala lelah berkerja.
Ini
adalah kali pertama saya membaca tulisan dari Fei. Cerita yang ditulis oleh Fei
memberikan warna tersendiri karena mengangkat tentang seorang detektif. Jujur,
saya cukup tercengang saat Naomi menganggap serius permintaan Theo. Sifat polos
yang dimiliki Naomi sangat jelas terlihat, dan saat Theo berakting seolah
melamarnya, itu sungguh lelucon yang menyakitkan apabila dilihat faktanya.
Tetapi, akhir cerita ini manis.
Awalnya
saya sedikit bosan saat alur cerita belum jelas terlihat. Saya bahkan beberapa
kali lompat halaman, karena ingin segera berada di klimaksnya. Menurut saya,
cukup banyak informasi yang ingin disampaikan oleh penulis, tapi sayangnya
membuat saya menjadi bosan. Tetapi, semua itu tidak mengurangi isi dari cerita.
Walaupun saya harus melompati beberapa halaman, saya tetap bisa menangkap inti
cerita yang disampaikan penulis.
Cerita
selanjutnya hadir dari Lia Indra Andriana dengan judul Princess Emma. Berkisah
tentang seorang wanita bernama Emma yang mendambakan pasangan hidup seperti
pangeran yang sempurna—tampan, berwibawa, tinggi seperti di negeri dongeng.
Faktanya ia justeru mendapatkan pasangan yang jauh dari harapannya. Laki-laki
itu bernama Satria, tingginya hanga tiga centimeter dari tinggi Emma.
Akibatnya, ia harus selalu mengenakan flat
shoes untuk tidak terlihat ‘jomplang’. Satria tidak romantis, pelupa, dan
apabila sudah menyangkut urusan kerja, ia akan melupakan Emma—tepatnya
terlupakan. Sikap tersebut membuat Emma jengah dan meminta untuk mengakhiri
hubungannya yang tinggal selangkah lagi ke pelaminan.
Saat
perasaannya yang begitu buruk, tiba-tiba saja sosok yang diyakini dari negeri
dongeng datang ke kehidupannya. Laki-laki itu bernama Putra. Sosok pangeran
yang gagah berani yang dibuat oleh Emma dalam buku sketsanya. Putra adalah
pangeran yang selama ini ia dambakan, dan mampu memenuhi segala yang
diinginkannya. Tetapi, semakin Emma bersama Putra, gejolak aneh pikirannya
tentang Satria tak kunjung sirna. Tanpa disadari, Putralah yang menjadi
penghubung rekatnya kembali hubungan antara Emma dan Satria.
Saya
tidak tahu karena faktor apa, saya tidak begitu menyukai cerita ini. Dahulu,
saat kecil mungkin saya akan sumringah apabila diberikan cerita-cerita seputar
dongeng. Tetapi sekarang berbeda. Saat saya dapat dengan jelas membedakan mana
yang dongeng dan fakta, saya merasa tidak tertarik untuk mendengarkan
kisah-kisah dongeng yang identik dengan kerajaan, putri, pangeran, dan akhir
yang bahagia.
Mungkin
salah satu faktornya karena saya belum menemukan kecocokan dengan genre
fantasi. Walaupun ada beberapa novel yang saya sukai, tetapi tetap tidak semua
yang bergenre tersebut saya suka. Hanya novel-novel tertentu saja.
Cerita
yang disajikan penulis agak absurd,
karena dilihat dari cerita-cerita sebelumnya kemungkinan dapat ditemukan di
kehidupan nyata. Tetapi, jika ini menyangkut dongeng, saya rasa akan sulit
diterima. Walaupun begitu, ada beberapa bagian saat setelah Putra menghilang, saya baru merasa
bisa menikmati ceritanya.
Cerita
selanjutnya hadir dari Clara Canceriana berjudul Perfection. Ini berkisah
tentang Ralyn yang mengharapkan pernikahannya akan sempurna. Kurang lebih tiga
minggu sebelum pernikahannya, Ralyn bersama pasangannya akan melakukan fitting gaun pengantin. Sayangnya, Evan
berhalangan untuk menemaninya karena ada perjalanan bisnis ke Singapura.
Ralyn
mengharapkan pernikahan yang sempurna. Oleh karena itu, ia rela harus mengurus
segala urusan pernikahannya sendiri. Ia ingin melakukannya, karena hal itu
hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Namun, segala harapannya luluh
lantak karena suatu penyakit yang dideritanya. Keluarga pasangan memutuskan
untuk membatalkan pernikahannya.
Saya
heran, kenapa setiap membaca tulisan penulis yang satu ini, perasaan saya
selalu bercampur aduk? Seakan saya selalu hanyut dalam cerita yang ditulisnya. Ini
bukan kali pertama saya membaca tulisannya. Sebelumnya saya telah membaca If You were Mine, You are My Sunshine,
dan Perfection yang terakhir. Kesan
saya setiap membaca karyanya adalah termenung cukup lama. Penulis selalu mampu
merangkai kalimat-kalimat dengan baik, sehingga pembaca pun merasa adanya
gejolak emosi yang cukup hebat. Sayangnya, ceritanya terlalu singkat hingga saya
harus menahan kecewa, karena menantikan sesuatu yang lebih dari cerita ini.
Saran yang cukup gila, bagaimana kalau cerita yang satu ini dijadikan novel
oleh penulis, sepertinya itu ide yang bagus.
Terakhir
sebagai penutup hadir dari KP Januwarsi berjudul Looking Through Rose-Jinted
Memory. Cerita ini berkisah tentang wanita bernama Nina yang mempunyai indra
keenam. Akibat kemampuannya ia harus berusaha untuk lari dari ‘mereka’ yang
ingin tubuhnya. Sayangnya, ia mempunyai suatu perjanjian dengan Katarina—kakak
Madam M yang meninggal karena bunuh diri. Katarina telah membantunya dalam
mendesain gaun pengantin, dan sekarang saatnya Nina harus menepati janjinya.
Hanya permintaan kecil, namun cukup membuat Nina kehilangan Areal—laki-laki
yang dicintainya.
Awalnya
saya tidak mengerti kemana arah cerita ini. Penulis seolah-oleh hanya
berputar-putar dalam menceritakannya. Bahkan, saya harus lompat ke halaman
selanjutnya dan berhenti membaca karena kehilangan ketertarikan pada cerita
tersebut. Tetapi, saat memasuki bagian ketiga saya baru mulai mengerti arah
ceritanya. Saya mulai merangkai satu persatu peristiwa di antara tokoh, hingga
saya hanyut dalam ceritanya. Kisah yang disajikan mampu membuat pembaca
berpikir, menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya, dan menemukan benang
merah dari cerita ini. Cerita yang disajikan oleh penulis menarik. Saya cukup
merasakan sensasi yang diberikan oleh penulis mengenai ‘mereka’.
Keseluruhan
dari kisah kelima wanita itu bertolak pada satu tempat yaitu Fairy Bridal. Tadinya saya mengira tidak
adanya hubungan antara satu kisah dengan kisah yang lainnya. Tetapi saya
keliru. Penutup cerita ini menjelaskan semuanya. Jika saya berkesimpulan,
cerita ini sebenarnya bermula dari Madam M—Meredith dengan Katarina yang
membuka Fairy Bridal. Tujuannya satu,
Katarina hanya ingin melihat orang-orang bahagia akan rancangannya. Namun
peristiwa yang tidak mengenakan membuat bridal
tersebut harus mendapatkan gosip yang tak mengenakanan. Tetapi, setelah masalah
antara Katarina dengan mantan calon suaminya selesai, keadaan seolah berubah.
Dimulailah kisah dari Jihan dan berlanjut kisah yang lainnya.
Secara
keseluruhan, novel ini sangat menarik bagi saya. Kisah yang disajikan oleh
penulis kental dengan desain gaun pengantin, yang tidak banyak pembaca
mengetahui informasi seputar jenis-jenis gaun ataupun desainnya. Setidaknya,
dengan penulis mendeskripsikannya dengan baik, pembaca dapat membayangkan
bentuk dari gaun tersebut.
Dari
kelima cerita tersebut, saya mempunyai penilaian tersendiri. Tujuannya hanya
untuk kepuasaan tersendiri saya melakukan ini. Saya akan mengurutkan cerita
yang menurut saya paling menarik ^^
- Perfection – Clara Canceriana
- The Right One – Orizuka
- Premonition – Fei
- Looking Through Rose-Jinted Memory – KP Januwarsi
- Princess Emma – Lia Indra Andriana
Akhirnya, saya memberikan 3/5 bintang
berhubung akhir cerita menjelaskan sesuatu.
No comments:
Post a Comment